Jangan merasa bosan untuk bicara kerukunan? Sebab, kerukunan itu tidak jatuh dari langit. Tetapi harus diperjuangkan secara berkelanjutan, mengingat lagi dinamika masyarakat demikian cepat.
"Rukun" yang berasal dari Bahasa Arab, mengandung arti adalah pondasi dasar. Jika secara harfiah dari segi katanya kerukunan adalah pondasi dasar yang bisa dilakukan masyarakat dalam menghadapi gelaja sosial.
Kita pun sadar bahwa Indonesia adalah negara besar dan majemuk. Kemajemukan yang dimiliki itu dapat menjadi kekuatan tetapi juga menjadi disintegrasi sosial. Nah, di sinilah arti pentingnya tujuan kerukunan atas dasar perbedaan yang ada.
Pandangan orang tentang kerukunan sampai saat ini masih berbeda-beda. Ada yang memaknai sebagai nirkekerasan atau tidak adanya kekerasan. Tapi ada yang memaknai sebagai orang-orang tidak terancam, tidak mengalami luka-luka, tidak ada penghilangan nyawa oleh tindakan orang atau kelompok lain.
Namun ada pihak memaknai kerukunan sebagai terpenuhinya rasa aman dan keadilan ekonomi dari sistem yang berlaku, sampai terhapusnya diskriminasi ras, etnis, dan agama.
Untuk mencapai semua itu, Â kerukunan tak akan terwujud hanya dengan pengakuan kemajemukan agama sebagai fakta sosial.
Mewujudkan kerukunan membutuhkan beberapa sikap yang harus dikembangkan, seperti: Â kesetaraan, empati, sikap positif, sikap mendukung dan keterbukaan untuk mengakui perasaan dan pikiran.
**
Bila kita menyaksikan event wayang golek atau wayang kulit, ada hal menarik. Â Sang dalang, ketika membawakan cerita, menyelipkan pesan-pesan berupa nasihat.
Esensinya dari pesan itu mengajak penonton untuk menyikapi persoalan yang terjadi di tengah masyarakat dengan sikap bijaksana. Dengan cara itu, sang dalang dengan segala kepiawaiannya, mampu memberi kecerahan kepada para penonton.
Dalam Agama Hindu, seniman disamping menguasai gerak tari, tembang, dan atribut seni sakral lainnya, ia juga sebagai penafsir ajaran agama agar senantiasa relevan dengan situasi dan lingkungan yang berubah dengan cepat.