Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Jangan Olok-olok Presiden Prabowo

22 April 2019   22:20 Diperbarui: 23 April 2019   05:40 486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Paslon nomor urut 02 Prabowo dan Sandiaga Uno saat konferensi pers di Kertanegara, Jakarta Selatan, Kamis (18/4). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan

Jika kita boleh meminjam kata dari Gus Dur: "Gitu aja kok repot."

Para penyelenggara survei boleh meradang, marah dan melontarkan caci maki karena kerja kerasnya tak lagi dihargai sebagaimana mestinya. Di negeri ini, boleh saja mereka membalas.  

Ingat. Di zaman mertua Presiden Prabowo berkuasa, tepatnya di zaman Orde Baru, tak ada orang berani menyatakan terang-terangan di hadapan publik ingin menjadi presiden. Ketika mantan Menteri Perumahan Siswono Yudo Husodo menyatakan diri bakal mencalonkan diri sebagai presiden, pers sangat hati-hati memberitakannya. Takut penerbitan mereka dibredel oleh Menteri Penerangan Harmoko.

Ketika Presiden Soeharto menghadiri hari anak, di atas pentas,  ia bertanya kepada anak-anak.

"Siapa yang ingin jadi presiden," tanya Soeharto kepada anak-anak.

"Saya!" jawab anak-anak serentak sambil mengacungkan jari dan menyatakan diri siap jadi presiden.

Jawaban anak-anak ingin jadi presiden, oleh awak media, kemudian menjadi berita utama. Pertimbangannya, hanya anak-anak yang berani menyatakan jadi presiden saat itu. Bukan dari kalangan pejabat, politisi, apa lagi rakyat biasa.

Nah, sekarang, di negeri demokrasi seperti Indonesia, anak-anak hingga orang tua sekalipun jika ingin menyatakan diri sebagai presiden tidak ada yang melarang. Mau main mobil-mobilan, main layang-layangan,  main penganten-pengantenan atau main kuda-kudaan pun tidak dilarang. Apa lagi main presiden-presidenan.

Karenanya, jangan olok-olok Presiden Prabowo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun