Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Orang Tua Jadi "PD" Bepergian Bawa Tolak Angin

27 Juli 2018   02:06 Diperbarui: 27 Juli 2018   02:09 601
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mbak Nunun selalu menyimpan tolak angin di kediamannya. Foto | Dokpri

Pinggang terasa gatal. Merah. Dugaanku, mungkin karena mengenakan sabuk atau tali pinggang celana terlalu kencang. Mau meminta tolong kepada rekan orang sebelah dalam perjalanan kereta api (KA) Bima Jakarta - Yogyakarta terasa malu. Selain belum kenal, apa lagi diajak bicar, pria tua berambut gondrong memutih itu terlihat egois.Terpaksa menakan diri meski rasa gatal makin panas.

Pekan lalu, penulis bersama isteri ke Yogyakarta mengenakan KA Bima. Beli tiket melalui online. Ternyata penjualan tiket cepat habis untuk duduk berdampingan. Terpaksa kami pisah duduk, dipisah oleh jalan atau gang melintas bagi penumpang di dalam gerbang KA tersebut.

Lagi-lagi penulis merasa kesulitan. Mau minta tolong kepada isteri pun sukar lantaran ia nampak tertidur nyenyak, takut terganggu, setelah seharian mempersiapkan diri untuk perjalanan ke kota gudeng itu. Bikin lemper, bikin makanan ringan dan menyiapkan pakaian yang ternyata membutuhkan waktu dan ketelitian. Jangan sampai ada yang tertinggal.

Syukurlah KA berhenti di Purwokerto. Saat itu, isteri pun terbangun. Segera kuminta bantuannya dengan terlebih dahulu menceritakan penderitaan yang dialami. Pinggang demikian panas gatalnya. "Bisa bantu, ma?" Aku minta tolong kepadanya dengan suara meminta dikasihani.

Hehehee ia tersenyum. Lalu ia mengeluarkan botol sebesar jempol berwarna kuning dari tasnya. Terbaca, botol itu ternyata Tolak Angin Care. Hmmm, cepat-cepat kuoleskan ke bagian pinggang. Aku tak perduli apakah si tua berambot gondrong yang duduk di sebalahku merasa senang atau tidak dengan aroma minyak angin yang baru kukenali itu.

Nyatanya, si gondrong berpenampilan seniman kampung itu tidak memberikan reaksi. Cuek bebek. Aku juga masa bodo.

"Pokoknya, sembuh," pikirku dalam hati.

Karena selama perjalanan badan terasa tidak nyaman, tenggorokan rada gatal dan di tangan ada bentol bekas gigitan nyamuk, pikirku tak salah jika minyak angin yang baru kukenali itu dioleskan ke bagian yang sakit.

Aku bersyukur, dalam beberapa jam ke depan, hingga Stasiun Kereta Api Cirebon, badan sudah semakin terasa segar. Panas dan gatal di pinggang yang memerah kuintip di WC sudah mulai pulih.

Tolak angin oles ini dapat membantu melegakan pernafasan dan menghilangkan rasa gatal. foto | Dokpri
Tolak angin oles ini dapat membantu melegakan pernafasan dan menghilangkan rasa gatal. foto | Dokpri
**

Mbak Nunun, saudara sepupu isteriku punya kebiasaan minum tolak angin. Bukan sekedar menghilangkan rasa kembung pada perutnya, tetapi lebih diprioritaskan untuk mengusir rasa dingin pada sekujur tubuhnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun