Pengunjung memenuhi sungai kecil dan mandi air panas. Foto | Dokumen Pribadi.
Pengrajin hiasan dinding pun hadir di sini. Foto | Dokumen Pribadi.
Pasar belum tertata apik. Foto | Dokumen Pribadi.
Warga naik mobil bak terbuka. Foto | Dokumen Pribadi.
Dan kebetulan di kampung kaputihan sedang terjadi pageblug (wabah penyakit merajalela, banyak terjadi bencana alam dan tanaman di serang hama dll ) Sehingga Beliau Elang Sutajaya memohon petunjuk kepada Allah Swt dengan semedi kemudian Alloh Swt memberi petunjuk supaya masyarakat kampung Kaputihan meningkatkan Iman dan Taqwanya kepada Alloh Swt dengan menggelar Tasyakuran, memperbanyak sedekah dan yang terkena wabah penyakit agar meminum air dari kendi (guci) yang sudah di do'a kan oleh Sunan Gunungjati .
Dalam kesempatan itu pula Sunan Gunungjati berkenan mendo'akan sumber air panas di kampung Kaputihan agar bisa di pergunakan untuk menyembuhkan segala penyakit.
Semenjak itu karena Guci yang berisi air yang sudah di doakan Sunan Gunungjati ditinggal di Kaputihan dan selalu di jadikan sarana pengobatan, maka warga setempat menyebut-nyebut Guci-Guci. Sehingga Kyai Klitik selaku Kepala Dukuh Kaputihan mengubahnya menjadi Desa Guci. Ia pun diangkat sebagai lurah pertamanya.
Teh poci, khas Tegal jadi santapan nikmat di sini. Foto | Dokumen Pribadi.
OLeh-oleh khas Guci, Tegal. Foto | Dokumen Pribadi.
Guci peninggalan Elang Sutajaya, menurut catatan sejarah, sekarang berada di Museum Nasional setelah pada saat pemerintahan Adipati Brebes Raden Cakraningrat membawanya ke museum.
Hingga kini sudah menjadi tradisi bagi warga setempat dan dari luar daerah setelah berziarah ke makam Walisongo khususnya Sunan Gunungjati sebagai penyempurna terakhir dapat dipastikan mandi air panas di Guci untuk memperoleh berkah kesehatan dan penyembuhan segala penyakit.
Bisa jadi, hal ini pulalah yang mendorong para politisi menyempatkan diri berkunjung ke Guci. Berharap berkah?