Logika layanan ini mencerminkan logika media sosial dengan sempurna. Layanan ini tidak hanya menawarkan sebuah pengalaman; ia adalah konten untuk pertunjukan kehidupan klien itu sendiri. Menyewa seorang teman memungkinkan seseorang untuk menghasilkan simulakra dari kehidupan sosial yang semarak untuk diunggah ke media sosial mereka.
Fakta bahwa penyedia jasa bersedia membantu mendokumentasikan momen dengan mengambil foto dan video pendek memperkuat fungsi ini. Foto Anda yang tertawa sambil minum kopi dengan teman bayaran tidak dapat dibedakan secara daring dari foto dengan teman seumur hidup. Layanan ini memungkinkan seseorang untuk mempertontonkan koneksi sosial dan kemudian menyiarkan pertunjukan tersebut.
Ini menciptakan sebuah lingkaran umpan balik. Media sosial menciptakan tekanan untuk tampil sukses secara sosial, yang dapat memperburuk perasaan kesepian jika realitas seseorang tidak sesuai dengan citra ideal yang dikurasi.Â
Kesepian ini kemudian mendorong permintaan akan layanan yang membantu seseorang menghasilkan penampilan kesuksesan sosial, yang kemudian diumpankan kembali ke media sosial. Simulasi (kehidupan daring yang dikurasi) menghasilkan kebutuhan nyata (kesepian) yang kemudian diatasi dengan membeli simulasi lebih lanjut (teman bayaran).
Lantas, ke Mana Perginya Ruang-ruang Komunal?
Untuk melengkapi analisis, kita perlu melihat faktor lingkungan. Sosiolog Ray Oldenburg memperkenalkan konsep "tempat ketiga" (third places)---titik kumpul publik informal yang terpisah dari "tempat pertama" (rumah) dan "tempat kedua" (kantor).
Tempat-tempat seperti taman, perpustakaan, alun-alun, dan kedai kopi sangat penting untuk kehidupan komunitas, keterlibatan sipil, dan interaksi sosial spontan. Mereka adalah inkubator dari koneksi kasual yang tidak memerlukan pertaruhan besar.Â
Desain perkotaan modern, terutama perencanaan yang berpusat pada mobil dan privatisasi ruang publik, telah menyebabkan erosi pada jangkar-jangkar komunitas yang vital ini. Tanpa tempat-tempat yang gratis dan mudah diakses untuk sekadar "berada" di antara orang lain, peluang untuk membentuk koneksi organik berkurang.
Paradoks kota modern adalah dikelilingi oleh jutaan orang tetapi tidak memiliki mekanisme untuk membentuk hubungan yang bermakna. "Jasa teman jalan" dapat diposisikan sebagai solusi berbasis pasar untuk masalah desain urban dan sosial ini.
Ketika infrastruktur sosial untuk pembangunan komunitas spontan membusuk, infrastruktur komersial muncul untuk menjual koneksi sebagai layanan terpisah. Aktivitas-aktivitas yang disediakan oleh layanan ini---minum kopi, berjalan-jalan---adalah hal-hal yang secara tradisional akan terjadi secara organik di tempat ketiga yang berkembang. Kini, baik ruang (kafe) maupun teman (pendamping) telah dimonetisasi.Â
Dua Jalan Menuju Solusi