Mohon tunggu...
Edy Siswanto
Edy Siswanto Mohon Tunggu... Guru - Doktor Bidang Manajemen Kependidikan dan Ketua Umum Perkumpulan Pendidik Vokasi Indonesia-Ikatan Guru Vokasi Indonesia Maju (PPVI-IGVIM)

Penulis, dan pemerhati politik pendidikan. Pembelajar, berkelana mencari ilmu dan dakwah membangun generasi khairu ummah..

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tantangan Paradigma Baru Pendidikan Vokasi Indonesia, Refleksi Hari Guru Nasional Tahun 2020

25 November 2020   03:30 Diperbarui: 25 November 2020   06:02 715
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pertama, Peningkatan Kompetensi Guru. Tak ada lagi SMK penyumbang sekaligus pencetak pengangguran. Pendidikan vokasi yang ada harus diperluas aksesnya, diberikan kesempatan yang besar kepada seluruh warga negara untuk mendapatkan akses keterampilan melalui pendidikan vokasi. SDM di Indonesia harus dibentuk selain hard skill juga karakter (soft skill) yang baik, ucapan yang santun, perilaku yang mencerminkan budaya timur, agamis dan profesional. ini yang dirasa masih kering didunia vokasi (baca : SMK).

Perilaku berbasis keagamaan menjadi landasan untuk menciptakan suasana yang santun, lembut, dan bermanfaat untuk semua. Sehingga tercipta budaya industri di SMK yang ujungnya siap memenuhi pasar kerja di IDUKA. SDM Indonesia harus memiliki kompetensi yang memberikan solusi dan peningkatan produktivitas. Secara terbuka akan terjadi persaingan yang ketat untuk mendapatkan pekerjaan yang layak dan kompetetif. Hal itu menjadi tantangan SMK kedepan.

Bangsa yang kuat maju, modern adalah yang kuat vokasinya. tak salah slogan vokasi kuat, menguatkan Indonesia. Kebutuhan akan kompetensi terapan yang langsung dapat memenuhi kebutuhan industri dilahirkan oleh lulusan pendidikan vokasi termasuk SMK. Pendidikan vokasi dalam prosesnya menekankan pada pengembangan praktek atau terapan dibanding yang sifatnya teoritis. Peserta didik diberikan kemampuan yang dapat memberikan solusi dan pengembangan kreativitas berbasis potensi individu.

Kedua, Upgrade sarana prasarana penunjang praktik bengkel dan laboratorium. Pelaksanaan pendidikan vokasi di Indonesia dilakukan oleh SMK, Politeknik, dan Universitas yang memiliki program pendidikan vokasi. Pendidikan vokasi dapat dilakukan dari jenjang D-1 sampai Doktor Terapan. Melihat strategisnya pendidikan vokasi maka sosialisasi dan desiminasi informasi serta pengembangan pendidikan vokasi sangat penting dan diperlukan terus menerus. Hingga persepsi vokasi pendidikan kelas dua tak ada lagi. Karenanya kebutuhan skill praktik siswa hendaknya memenuhi syarat minimal mendekati atau tidak asing lagi jika dihadapkan dengan di IDUKA.

Ketiga, Kurikulum Implementatif dan aplikatif dengann IDUKA, Untuk itu kurikulum aplikatif implementatif di SMK dikembangkan dan dirancang dengan duduk bersama. Yang akan mengahasilkan "Pernikahan Masal" terpenting bukan hitam diatas putihnya melainkan tindakan follow upnya setelah menikah masal itu. SMK didorong melalakukan melakukan terobosan yang tepat guna dan skill based competency. Harapan "membangun guru pendidikan vokasi menjadi lebih profesional untuk menghasilkan lulusan yang kompeten di bidangnya", menjadikan semangat untuk seluruh guru vokasi membangun tata kelola yang baik, transparan, akuntabel serta memunculkan kemandirian yang akhirnya bisa meningkatkan kualitas dalam setiap produk yang dihasilkan dan bisa memberikan sumbangsih untuk bangsa dan negara.

Keempat, Jalinan kerjasama dan kemitraan dengan industri sangat penting. Disisi lain, industri memerlukan SDM siap pakai, yang dapat mengisi dan mengoperasikan program dan mesin-mesin di perusahaan. Lulusan SMK dianggap lebih "siap" Proses adaptasi (probation period) menjadi lebih singkat, karena lulusan pendidikan vokasi dapat langsung memahami dan melakukan pekerjaan sesuai kebutuhan industri. Industri memerlukan level kompetensi dari mulai teknis dan manajerial.

Banyak perusahaan yang mencari SDM yang memiliki kompetensi terapan, sehingga memudahkan perusahaan dalam mempercepat produksinya. Secara nyata lulusan SMK sudah "Bisa" bekerja dengan baik, apalagi untuk jenjang vokasi yang lebih tinggi.

Pendidikan Vokasi berkolerasi dengan pengembangan SDM. SDM yang berdaya saing harus mampu unggul dan memberikan solusi terhadap permasalahan yang ada. Pendidikan vokasi mengajarkan proses how to know and how to do, hal ini yang menjadikan peningkatan utama kualitas SDM di Indonesia.

Kompetensi terapan memberikan bekal terhadap pengembangan sumber daya manusia yang unggul. Kompetensi terapan menjawab pertanyaan why dalam operasional yang dilakukan. Oleh karena itu, perlu ada grand desain pengembangan pendidikan vokasi di Indonesia agar memberikan penguatan terhadap SDM.

Kelima, Uji Kompetensi siswa lewat LSP-P1, sebagai tolok ukur industri. Sebagai Lulusan Pendidikan Vokasi dengan pendekatan terapan dan berbasis kebutuhan industri. Dilakukan uji kompetensi sesuai dengan skema SKKNI/KKNI yang telah dilisensi oleh Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) melalui Lembaga Sertifikasi Profesi P-1 pada lembaga pendidikan.

Keenam, Magang Guru di IDUKA. minimnaya guru dalam meningkatkan kompetensinya, tak cukup dengan diklat dan bintek satu dua hari, namun diperlukan guru mengalami langsung apa yang terjadi di IDUKA yang dinamis dan berubah sangat cepat. Merasakan bagaimana proses yang terjadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun