Mohon tunggu...
Edy Primsa Brahmana
Edy Primsa Brahmana Mohon Tunggu... Bankir -

Seorang Bankir

Selanjutnya

Tutup

Money

BAYANGKAN BILA SKK MIGAS MENJADI PT INDOMIGAS,Tbk

10 April 2015   14:12 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:17 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14286471861063069801
14286471861063069801
Sumber:BUMN dan Perekonomian Nasional. Presentasi by Muhammad Yasin (ex Wamen BUMN)


Pada umumnya, tujuan berdirinya sebuah organisasi yang Profit Oriented dan termasuk BUMN di dalamnya adalah menghasilkan keuntungan yang maksimal. Keuntungan yang diperoleh nantinya diharapkan akan terus meningkat dari waktu ke waktu, sehingga dapat dipergunakan untuk mempertahankan kelangsungan hidup organisasi, meningkatkan kesejahteraan karyawan maupun untuk membayar kewajiban-kewajiban organisasi.
Untuk mencapai tujuan di atas, organisasi yang mengejar keuntungan menempuh berbagai alternatif diantaranya adalah meningkatkan volume penjualan atau menghemat biaya-biaya.

Saat nya berubah


Perubahan adalah hal yang lumrah. King Whitney Jr mengatakan bahwa "Perubahan memiliki efek psikologis yang sangat besar kepada pikiran manusia. Untuk mereka yang takut akan perubahan merasa bahwa perubahan tersebut adalah ancaman karena dengan perubahan ada kemungkinan segala hal menjadi lebih buruk lagi. Tetapi bagi mereka yang berani dan percaya diri, adanya suatu perubahan justru menyenangkan dan memberi inspirasi karena di situ ada kesempatan untuk membuat segala sesuatu lebih baik lagi dari yang sekarang "

Michael Graber dalam tulisannya yang berjudul "Lack of Innovation at Non Profit" pada The daily news, 9 Februari 2015 menyebutkan, ada kecenderungan yang aneh untuk hampir semua organisasi-organisasi non profit. Mereka menanggapi inovasi dengan cara yang sama. Mereka sangat menginginkan adanya inovasi tetapi keinginan yang kuat itu ikut menimbulkan respon berupa rasa takut, pusing hingga melumpuhkan. Pertanyaan muncul di benak mereka berupa "Bagaimana jika inovasi tersebut tidak bekerja? Saya tidak tahu cara menggunakannya......". Keinginan mereka sangat kuat akan munculnya program-program baru atau terciptanya sesuatu yang baru. Hal ini diperlukan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, tetapi sesuatu hal dalam budaya organisasi membuat mereka mengkerdilkan potensi mereka.
Pemikiran yang didasari rasa takut membuat banyak organisasi non profit jarang membuat lompatan pertumbuhan yang berkelanjutan. Ketakutan jangka pendek mematikan Inovasi-inovasi yang ada dan hal ini ternyata menjadi budaya dalam organisasi.
sumber : http://www.memphisdailynews.com/news/2015/feb/9/lack-of-innovation-at-nonprofits/

Hal ini sangat disadari oleh pemimpin Institusi, Amien Sunaryadi sebagai Kepala SKK Migas yang baru. Wawancara Bapak Amien Sunaryadi dengan saudara alfian dalam bulletin SKK Migas "BUMI" edisi Desember 2014 menunjukkan hal tersebut.

Berikut kutipan wawancara yang diambil penulis (wawancara lengkap dapat dibaca pada buletin "Bumi" edisi Desember 2014 halaman 18-19):
Al :Alfian
Am : Amien Sunaryadi

Al : Bagaimana pendapat Bapak mengenai kinerja para pekerja SKK Migas ?
Am : Sebelum dipercaya untuk menjabat sebagai Kepala SKK Migas, saya bekerja di Ernst & Young, Bank Dunia, dan Price Waters Coopers. Ketiga lembaga ini merupakan perusahaan Global yang kegiatan operasionalnya seperti perusahaan internasional. Tata kelola di tiga lembaga tersebut sangat efisien dengan jumlah penggunaan kertas minimal dan penggunaan Teknologi Informasi ( Information Technology/IT) yang sangat tinggi. Tingginya penggunaan IT memudahkan untuk mendeteksi siapa tukang tidur dan siapa yang benar-benar bekerja. Tanpa penggunaan IT, hal itu susah dilakukan. Ibaratnya kita satu perahu tetapi kita tidak tahu siapa yang mendayung dan siapa yang tidur.
Saya melihat kondisi seperti itu di SKK Migas. Sistem IT sudah tersedia di SKK Migas, tetapi penggunaannya belum maksimal ........ dst

Al : Selain Internal SKK Migas, apa saja hal-hal yang masih perlu dibenahi di industri hulu migas ?
Am : dst......Dari hasil diskusi terungkap bahwa persepsi SKK Migas seringkali tidak sama dengan kontraktor KKS. Bagi SKK Migas mungkin sudah jelas, namun bagi kontraktor KKS tidak jelas. Bagi SKK Migas mudah dan cepat, namun bagi kontraktor KKS tidak masuk akal. Kendala semacam ini perlu kita pahami juga. Jika tidak, Public Perception di luar sana tidak akan sama. Sebagai contoh, SKK Migas minta kontraktor KKS menyerahkan fotokopi dokumen padahal fotokopi tersebut sudah pernah diserahkan. Hal kecil semacam ini menumbuhkan persepsi negative di industri hulu migas terhadap SKK Migas. Apabila system IT dipakai, dokumen akan tercatat. Tidak ada lagi cerita SKK Migas minta dokumen yang sama berulang kali. Tidak ada lagi cerita prosesnya molor dan tidak jelas.

Dari hasil kutipan wawancara di atas, Bapak Amien Sunaryadi setuju bahwa untuk meningkatkan peran SDM dan industri khususnya pada kegiatan hulu migas, SKK Migas harus melakukan pembenahan. Harus timbul inovasi baru khususnya di bidang teknologi informasi.

Perubahan itu harus terjadi di dalam tubuh SKK Migas. Inovasi itu mutlak dilaksanakan, namun bila kita kembali membaca tulisan Michael Graber di atas, adalah sulit bagi organisasi non-profit oriented untuk melakukan inovasi. Lantas, solusi apakah yang saat ini sangat mungkin dilaksanakan demi terciptanya peningkatan peran SDM dan Industri khususnya pada kegiatan yang dilaksanakan oleh badan yang disebut SKK Migas ?

Jawabannya ada pada hasil wawancara wartawan dan Menteri ESDM, Sudirman Said, saat ditemui usai rapat dadakan beberapa menteri, di kantor Kementerian BUMN, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Sabtu (7/3/2015).
Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terus mengkaji rekomendasi terkait Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) yang harus dijadikan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Khusus
Ia menegaskan, jika SKK Migas menjadi BUMN Khusus, maka nantinya harus berorientasi hasil pada keuntungan (profit). Pasalnya, SKK Migas akan menangani semua potensi kekayaan minyak dan gas bumi nasional melalui keputusan yang diambil sendiri.
"Harus punya profit dong. Ngapain dijadikan badan usaha tapi tak menghasilkan
keuntungan," cetus Sudirman.
sumber  : http://ekonomi.metrotvnews.com/read/2015/03/07/367905/jika-jadi-bumn-khusus-skk-migas-harus-berorientasi-profit

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun