Mohon tunggu...
edy mulyadi
edy mulyadi Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis, Media Trainer,Konsultan/Praktisi PR

masih jadi jurnalis

Selanjutnya

Tutup

Money

Seri Reshuffle Kabinet-3: Chatib Basri, Pria yang Mengantongi Nasionalismenya

24 Juni 2015   13:02 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:25 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

 

Oleh Edy Mulyadi*

 

Nama ketiga yang juga mencuat di tengah gosip reshuffle  kabinet untuk posisi menteri di jajaran ekonomi adalah Chatib Basri. Pria kelahiran Jakarta pada 22 Agustus 1965 ini dikenal sebagai penganut sekaligus pejuang ekonomi mazhab neolib yang setia dan gigih.

Mungkin, publik selama ini hanya fokus pada Boediono dan Sri Mulyani Indrawati sebagai komparador majikan asingnya; IMF, Bank Dunia, ADB, dan perusahaan multinasional (MNC). Chatib sepertinya luput dari perhatian publik. Mungkin dibandingkan sang God Father Boediono dan Sri Mulyani Indrawati (SMI) dia dianggap sebagai “anak bawang”. Padahal, pemikiran-pemikirannya ketika masih jadi pengamat ekonomi sangat gamblang menjelaskan betapa setianya Chatib dengan neolib.

Konsistensinya pada mazhab ekonomi neolib yang banyak menyengsarakan nasib rakyat negara-negara berkembang itu, mulai mendapat saluran ketika duduk di lingkar kekuasaan. Sejumlah jabatan penting pernah disandangnya. Antara lain, penasehat khusus Menteri Keuangan Republik Indonesia (2006-2010), Sherpa Indonesia untuk G-20 (2008), dan Deputi Menteri Keuangan untuk G-20 (2006-2010), dan akhirnya menjadi Menteri Keuangan.

Kemampuan mengeksekusi berbagai kebijakan yang menguntungkan majikan asingnya tersebut makin terwujud saat menjadi Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Juni 2012. Parkirnya Dede di BKPM menjadi jaminan lancarnya komunikasi para investor asing dalam pengamanan dan pengembangbiakan aset-investasi mereka di Indonesia. Saat itulah BKPM lagi-lagi menjadi jembatan kepentingan asing terhadap Indonesia.

Kantongi saja nasionalismemu!

Dede, begitu dia akrab disapa, pernah mengeluarkan pernyataan yang menggegerkan publik. “Kantongi saja nasionalismemu itu.” Pernyataan kelewat berani tersebut, paling tidak, disampaikannya saat diskusi tentang divestasi PT Indosat di sebuah stasiun televisi swasta bersama, antara lain, ekonom Ichsanuddin Noorsy.

Saat menjadi saksi ahli pada sidang Mahkamah Konsititusi (MK) yang tengah menyidangkan gugatan atas UU No. 20/2002 tentang Ketenagalistrikan,  dia juga menyatakan, "Kantongi dahulu nasionalismemu. Tidak ada tempat lagi bagi nasionalisme dan kedaulatan ekonomi di tengah terang benderangnya arus globalisasi,” ujarnya lantang sebagai tanggapan kepada para ekonom pengritik pemerintah yang disebutnya  ekonom nasionalis yang berpikiran sempit dan picik. Luar biasa!

Rekam jejak ekonom lulusan Universitas Indonesia (UI) ini memang sarat dengan pengabdian kepada para majikan asingnya. Entah apa yang ada di pikiran dan nuraninya (kalau masih ada?) Dia sepertinya tidak peduli, bahwa pikiran-pikiran neolib itu sesat dan menyesatkan karena menyengsarakan sebagian besar rakyat Indonesia, saudara setanah air yang mestinya dia cintai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun