Mohon tunggu...
edy mulyadi
edy mulyadi Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis, Media Trainer,Konsultan/Praktisi PR

masih jadi jurnalis

Selanjutnya

Tutup

Money

Aneh, Menkeu Kok Melawan Presiden!

12 Oktober 2017   18:32 Diperbarui: 12 Oktober 2017   18:40 1296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Ada yang menarik dari perhelatan Indonesia Economic Quarterly, Closing The Gap di Jakarta, Selasa (3/10) silam. Di acara tersebut Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia Rodrigo A. Chavez menyimpulkan pertumbuhan riil konsumsi nonpemerintah di triwulan II-2017 yang 5% jadi penghambat pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Terkait penilaian Bank Dunia itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (SMI) mengatakan data hasil analisis yang disajikan Bank Dunia itu belum jelas.  Mungkin perlu diteliti lebih jauh consumption pattern-nya, pola konsumsi di rumah tangga.

Meski begitu dia juga minta saran konkret WB bagaimana menyelesaikan permasalahan tersebut. Tapi, menurut dia, untuk memberi rekomendasi jalan keluar, dibutuhkan analisis data yang lebih mendalam. Nah, persoalannya, kata Sri, Bank Dunia belum bisa menyajikan itu.

Yang lebih menarik lagi, Menkeu juga minta WB menyajikan data-data dari negara lain yang telah sukses menyelesaikan permasalahan yang dihadapi Indonesia saat ini. Dengan begitu Indonesia bisa belajar dari pengalaman negara lain.

Menteri inkonsisten?

Bagaimana membaca pernyataan-pernyataan Sri tersebut? Agak membingungkan, memang. Pertama, sepertinya dia meragukan hasil analisis tentang Bank Dunia tentang pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Ini agak aneh. Bukankah dia pernah menjadi salah satu petinggi di lembaga itu. Tidak tanggung-tanggung, jabatannya sebagai managing director! Bagaimana mungkin dia meragukan analisis lembaga tempat dia bekerja? Apakah ini hanyalah keseleo lidah, yang apa boleh buat, menjadi semacam 'testimoni' bahwa analisis Bank Dunia tidak mendalam? Dan, itu artinya tidak kredibel?

Kedua, ini lebih aneh lagi. Kalau dia meragukan analisis WB, mengapa pula pada kalimat berikutnya Sri justru minta Bank Dunia memberi rekomendasi bagi Indonesia untuk keluar dari problem yang dihadapi? Bahkan perempuan yang getol membuat utang dengan bunga supertinggi itu minta data-data negara lain yang telah sukses dari problem serupa. Apakah Sri sedang bingung?

Membandingkan berbagai kontradiksi pernyataan tadi, barangkali dengan gampang kita bisa menyebut Menkeu inkonsisten. Tapi, saya membaca apa yang terjadi pada perhelatan itu adalah sebuah peristiwa yang muncul dari 'alam bawah sadar' Sri. Maksudnya begini. Di alam bawah sadarnya, bisa jadi Menkeu mengakui analisis dan hasil kerja Bank Dunia tidak kredibel. Itulah sebabnya banyak resep lembaga ini tidak membuahkan hasil seperti yang diinginkan. Yang terjadi justru sebaliknya. Negara-negara yang menerapkan resep Bank Dunia (juga IMF dan ADB) justru terperosok ke kubangan krisis yang lebih dalam. Indonesia pernah menjadi korban. Yunani adalah contoh teranyar.

Di sisi lain, pada bagian kedua menunjukkan kontradiksi dari seorang Sri. Mazhab neolib yang dengan gigih diperjuangankannya menjadi tembok besar yang mengungkung cakrawala berpikir dan kesadarannya. Ini ditunjukkan pada pernyataannya yang minta resep perbaikan dari Bank Dunia agar Indonesia bisa keluar dari 'jebakan' konsumsi privat yang ajeg di angka 5%.

Di satu sisi dia meragukan analisis Bank Dunia atas satu persoalan. Di sisi lain, dia tetap minta saran dan bantuan dari lembaga yang diragukannya. Apa yang sesungguhnya terjadi padamu, Sri?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun