"Persib boleh kalah sama yang lain asal jangan sama Persija!"
Diatas adalah kutipan legendaris yang selalu ditekankan kepada semua pemain Persib setiap musim nya, ya kutipan itu juga datang dari sosok legendaris di kalangan Bobotoh, siapa lagi kalau bukan Alm. Mang Ayi Beutik.
Memang perlu diakui, bahwa animo penonton sepakbola di Indonesia sangat tinggi sehingga mereka yang memiliki basis suporter besar dan loyal akan menjadi sebuah kekuatan bagi klubnya itu sendiri. Maka dari itu, tak dipungkiri, pertemuan antara Persib Bandung dan Persija Jakarta selalu menjadi pertemuan adu gengsi, karena mereka mewakili 2 kota besar dengan ciri khas dan keunikan masing-masing, ditambah kedua klub memiliki basis suporter terbesar di Indonesia.
Dilansir dari berbagai sumber, Persib dan Persija selalu menempati urutuan posisi 1 dan 2 dalam pencarian "klub dengan basis suporter terbanyak di Indonesia". Hal itu tentu akan berpengaruh terhadap intensitas tinggi pada pertemuan kedua tim dalam sebuah pertandingan. Terbukti dari pertemuan pertama mereka musim ini di Bandung, 2 kartu merah keluar dari kantong wasit dan masing-masing tim mewakilinya, Firza Andika dari Persija dan Marc Klok dari Persib.
Intensitas tinggi juga kadang menjalar sampai ke tribun penonton, disini penulis tidak akan mengungkit catatan kelam terkait tragedi suporter dari masing-masing tim, biarkanlah itu menjadi sebuah pembelajaran yang berharga agar tidak di terulang di kemudian hari
. . .
Gengsi dan Rivalitas Antarkota: Bandung vs Jakarta
Rivalitas antara Bandung dan Jakarta bukan sekadar tentang sepak bola. Perseteruan ini adalah cerminan dari perbedaan budaya, gaya hidup, dan kebanggaan kota. Dalam sepak bola, pertemuan antara Persib Bandung dan Persija Jakarta selalu menjadi laga penuh gengsi, namun di luar lapangan, persaingan ini meluas ke berbagai aspek kehidupan.
Bandung dikenal sebagai kota kreatif dengan sentuhan artistik yang kuat. Dari segi musik, Bandung memiliki skena independen yang berkembang pesat, seperti punk dan indie, sementara Jakarta lebih didominasi oleh arus utama industri musik. Dalam fashion, Bandung memiliki distro dan clothing line yang menjadi tren nasional, sementara Jakarta lebih condong ke brand-brand internasional dan gaya urban metropolis.
Di dunia bisnis, rivalitas ini pun terasa. Bandung dikenal sebagai pusat industri kreatif dengan banyaknya startup, brand fashion lokal, dan bisnis kuliner yang terkenal di seluruh Indonesia. Sementara itu, Jakarta menjadi pusat keuangan dan bisnis besar, tempat berdirinya perusahaan multinasional dan pusat pemerintahan. Kompetisi ini sering kali mencerminkan perbedaan cara hidup dan strategi bisnis di kedua kota.