Mohon tunggu...
Edo Resi
Edo Resi Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

mahasiswa yang suka mencari tahu hal mengenai politik,hiburan,dan agama

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Jurnalisme Multimedia dan Laju Perkembangannya di Indonesia

28 September 2022   01:28 Diperbarui: 28 September 2022   01:40 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Media online di Indonesia semakin berkembang, masyarakat juga melihat portal berita online sebagai cara untuk mendapatkan informasi. AC Nielsen Indonesia mencatat bahwa Internet menempati urutan kedua di antara media yang paling banyak dikonsumsi. Sedangkan media cetak berupa surat kabar menempati urutan keempat. Riset AC Nielsen juga menunjukkan bahwa penetrasi internet internal dan eksternal Java meningkat antara 2010 dan 2020. Di Jawa, misalnya, meningkat lima kali lipat menjadi 17-70%.

Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa internet dan jurnalisme online layak menjadi bahan pertimbangan dalam mengembangkan kajian jurnalistik di Indonesia. Pada saat yang sama, praktik multimedia dalam jurnalisme online juga semakin berkembang. Menurut Mark Deuze, multimedia bahkan telah menjadi salah satu jiwa jurnalisme online (2003:203-230). Pakar media dari University of Amsterdam ini menggambarkan multimedia sebagai sarana penyajian berita melalui berbagai format seperti audio, teks, musik, foto, animasi. 

Tidak hanya itu, multimedia dalam jurnalistik juga dipahami sebagai proses penerapan prinsip interaksi dan hypertext. Saat menyajikan berita, mereka mempertimbangkan peluang untuk komentar publik. 

Memberi konteks cerita melalui referensi berita (hyperlink) juga penting. Tiga perusahaan media di Indonesia yang menerapkan prinsip multimedia di ruang redaksinya adalah cnnindonesia.com, vappler.com, dan Tribunnews.com. Dibutuhkan sejumlah jurnalis di ketiga media tersebut untuk meliput sebuah berita melalui media yang berbeda.

Pada 2010, Tribun, anak perusahaan Kompas Gramedia Group, mulai menjajaki domain online dengan meluncurkan Tribunnews.com. Tribun dengan jaringan yang luas di seluruh Indonesia, saat ini memiliki setidaknya 200 portal dengan channel regional yang tersebar di seluruh Indonesia. Sementara itu, empat tahun kemudian, CNN mulai melebarkan sayapnya di Indonesia dengan membuat cnnindonesia.com. 

Media online ini dimiliki oleh Chairul Tanjung di bawah bendera yang sama dengan detik.com, PT Agranet Multicitra Siberkom. Pada tahun yang sama, outlet media Filipina, rappler.com, mulai menyusup ke Indonesia. Artikel dalam bahasa Indonesia mulai muncul di saluran portal itu sendiri. Yang menarik dari ketiga media terakhir adalah konsep yang dikemukakan dalam penyajian beritanya. Ketiganya mengusung prinsip multimedia sebagai fitur pembeda dari media online lainnya.

 Cnnindonesia.com telah mengadopsi konsep multimedia sejak awal. Perusahaan ini merekrut reporter muda yang belum berpengalaman untuk dilatih menjadi reporter dengan berbagai keterampilan yang harus dimiliki. video, gambar, serta membuangnya dalam bentuk artikel lengkap.

 Konsep serupa juga diterapkan oleh rappler.com. Media ini memungkinkan setiap jurnalis untuk menyajikan berita dalam format yang berbeda sesuai dengan kebutuhan peristiwa atau isu yang diberitakan. Sementara itu, Tribunnews.com awalnya tidak mempromosikan prinsip ini, namun setahun kemudian mulai mengembangkannya.

Jurnalisme multimedia adalah sebuah keniscayaan. Perkembangan teknologi informasi telah sepenuhnya mengubah cara informasi diproduksi. Pada tahap selanjutnya, hal ini menuntut wartawan untuk siap mengikuti perkembangan zaman. Dengan kata lain, kebutuhan seorang jurnalis juga berubah.

 Dia tidak hanya bisa menulis berita, memotret, membuat video berita. Seorang jurnalis harus dapat melakukan pekerjaan yang berbeda dan pada saat yang sama harus memahami kepribadian pembaca yang akan membaca atau menonton berita yang dibuat. Dari tinjauan pustaka dan wawancara mendalam dalam artikel ini, penulis menyimpulkan bahwa jurnalis di Indonesia sangat menyadari bahwa jurnalisme yang beragam telah hadir. Mereka telah mencapainya, tetapi ada hambatan yang harus mereka hadapi.

 Masalah terbesar menyangkut proses adaptasi. Pada akhirnya, tentu saja, tidak mudah untuk mengubah cara berpikir Anda tentang pembuatan berita di era media konvensional - yang berfokus pada setiap keluaran, baik teks maupun video - untuk menyesuaikan diri dengan era media baru. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun