Mohon tunggu...
Edo Media
Edo Media Mohon Tunggu... Jurnalis -

Jurnalis

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Prabowo, Belajarlah dari Kekalahan Foke

14 Juni 2014   01:54 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:50 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dua pekan menjelang Pilpres elektabilitas pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa mulai melejit, mengejar rivalnya, pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla. Dengan koalisi besar dan keyakinan didukung massa dari enam parpol pendukung, timses Prabowo-Hatta sangat optimis jagonya akan memenangkan Pilpres 2014.

Belum lagi gelombang deklarasi dan dukungan puluhan organisasi masyarakat (ormas) secara massif. Namun dukungan ini sebenarnya agak meragukan. Karena beragam ormas yang muncul sebagai pendukung sudah bisa ditebak latar belakang visi dan ideologinya. Ya kelompok yang itu-itu saja.

Strategi tim kampanye Prabowo-Hatta lainnya menggunakan pola minta restu dari para kiai pengasuh pondok pesantren. Pasangan Prabowo juga memakai pola konvensional dengan menggelar panggung terbuka dengan melibatkan ratusan massa. Dimana identifikasi massa ini juga belum sepenuhnya bisa diandalkan apakah mereka memang sepakat dan kompak untuk datang ke TPS mencoblos pilihannya sesuai target timses.

Timses Prabowo-Hatta juga menarik sentimen keagamaan untuk bisa menggungguli lawannya dengan isu bahwa pasangan Prabowo-Hatta lebih mewakili kelompok muslim ketimbang saingannya.

Ditambah menggaet raja dangdut Rhoma Irama yang diyakini akan mampu mendulang suara di kantong-kantong pengagum Bang Haji.

Jika saya amati, pola dan strategi timses Pasangan Prabowo-Hatta ini nyaris mirip strategi yang dilakukan pasangan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli saat maju dalam pilkada di DKI Jakarta.


Gegap gempita dukungan puluhan Ormas, penggalangan koalisi gemuk parpol pendukung, hingga melibatkan sentimen keagamaan agar citra calon pesaing, jatuh.

Namun hasilnya?? Sungguh fenomenal. Justru Jokowi-Ahok yang sejak awal dihantam isu keagamaan yang memenangkan hati rakyat.

Kenapa mereka menang?? Saya yang selama ini suka menganalisa dan mengamati ilmu dan pergerakan politik melihat timses Jokowi-Ahok brilian. Sebuah ilmu politik baru, saya dapatkan saat saya tahu pergerakan timses Jokowi-Ahok.

Belajar dari kemenangan Jokowi-Ahok meraih suara rakyat di DKI Jakarta yang banyak orang bilang miniaturnya Indonesia, ternyata bukan karena sentimen agama. Justru masalah SARA ini yang menghancurkan reputasi Fauzi Bowo-Nara. Juga bukan karena gemuknya koalisi parpol pendukung atau gelombang dukungan ormas yang masih nisbi.

Namun trik Jokowi adalah memanfaatkan dunia politik baru, mewakili kaum muda dan kaum pinggiran. Politik generasi mendatang. Jokowi meninggalkan pola dan cara tradisional yang biasa dilakukan para politisi jika ingin bertarung. Kebanyakan mereka berharap dari Ormas dan restu tokoh agama. Kemudian menggalang opini melalui lembaga survey. Cara yang tradisional dan berbiaya mahal!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun