Mohon tunggu...
editan to
editan to Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mengelola Usaha Percetakan

memperluas cakrawala

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Jokowi Gandeng Moeldoko, di Tengah Megawati Kecolongan SBY 2 Kali

18 Februari 2021   13:39 Diperbarui: 18 Februari 2021   14:02 885
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jokowi dan Moeldoko bertolak ke Kalsel, Kamis (18/2/2021). (Foto: biro pers setpres)

PERSETERUAN politik dua mantan presiden. Presiden RI kelima Megawati Soekarnoputri versus Presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Perang dingin kedua sosok presiden pasca reformasi itu kembali menyita perhatian setelah mencuat pernyataan mantan Sekjen Partai Demokrat Marzuki Alie.

Marzuki yang kini di luar Partai Demokrat (PD) dan dikaitkan dengan isu kedute PD buka suara. Mantan Ketua DPR itu mengutip pernyataan yang katanya disampaikan SBY menjelang Pilpres 2004.

Menurut Marzuki, SBY mengatakan: "saya akan berpasangan dengan Pak JK. Ini Bu Mega akan Kecolongan dua kali," ujar Marzuki menirukan ucapan SBY. Marzuki mengutip hal itu dalam kanal YouTube politikus Nasdem Akbar Faizal Uncensored.

Bila benar pernyataan Marzuki tersebut berarti mengkonfirmasi apa yang terjadi dalam pemerintahan Mega di mana SBY menjabat sebagai Menko Politik dan Keamanan. Saat itu di ujung pemerintahan Mega, SBY mengundurkan diri sebagai Menko melalui surat. Informasi yang beredar bahwa alasan mundur karena sudah tidak dianggap Mega.

Hingga saat ini, isi surat SBY tidak pernah diungkap di media. Setelah berkirim surat, SBY memang tidak berkesempatan untuk bertatap muka dengan Mega alias datang tampak muka tetapi pergi tidak tampak punggung.

Kutipan Marzuki di atas bagai membenarkan sengkarut politik SBY dan Mega saat itu. Mega yang berniat kembali menjadi calon presiden pada 2004 seolah justru bagai mendapat musuh dalam selimut. Bukankah, Mega atasan SBY?

Sepak terjang SBY mempersiapkan diri untuk maju sebagai calon presiden sebenarnya sudah dimulai sejak 2001 setelah kalah dalam persaingan memperebutkan posisi wakil presiden dalam sidang MPR 2001.

Tentu, gelagat itu sudah tertangkap Mega. Dalam satu sisi Mega pasti menyadari bahwa menjadi presiden adalah hak semua warga negara. Namun, di sisi lain, Mega melihat bahwa SBY juga memanfaatkan posisi sebagai Menko untuk memupuk popularitas. Politik dua kaki yang dilakukan SBY membuat Megawati tidak happy.

SBY yang tidak terus terang kepada Mega saat itu menjadi pangkal perseteruan yang ada. SBY aktif menggodok Partai Demokrat sedangkan di kabinet ia merupakan anak buah Mega. Ini yang menunjukkan bahwa politik sulit mencerminkan kejujuran.

Saat itu, Mega dikabarkan telah mempertanyakan apakah ada anggota kabinet yang akan ikut mencalonkan presiden. Namun, SBY tidak menyampaikan rencana pencalonannya. Hal itu menimbulkan penilaian Mega terhadap SBY. Kabar yang beredar Mega kecewa karena pembantunya itu tidak jujur. Meski mungkin, ini bagi SBY hanyalah bagian dari strategi berkompetisi.

Kutipan Marzuki bukan hal baru. Namun, selama ini hanyalah isu liar yang berkembang di masyarakat. Saat itu tentu belum ada media sosial. Pernyataan SBY bahwa Mega kecolongan dua kali sebenarnya adalah fakta. Pertama, SBY mundur sebagai Menko Polkam. Kedua, SBY mengajak Jusuf Kalla yang saat itu sebagai Menteri Perdagangan untuk menjadi calon wakil presiden. Jadi Mega tercuri untuk dua hal tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun