Mohon tunggu...
Jan Bestari
Jan Bestari Mohon Tunggu... Lainnya - Merayakan setiap langkah perjalanan

Refleksi kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kepak Sayap Rindu dari Zamboanga Del Norte

24 Januari 2022   20:54 Diperbarui: 24 Januari 2022   21:02 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi diolah dari Canva app

Masih terbayang olehku kejadian 10 tahun yang lalu disaat aku berlari dengan bertelanjang kaki dari rumah tanpa lelah menuju pantai Santo Sebastian.  Kemudian,dulu sewaktu aku kecil ayahku pernah bercerita bahwa penyu-penyu yang mendarat dikampung kami berasal dari negeri antah berantah. 

Kuketahui kemudian bahwa saat itu ayah hanya ingin mengatakan kepadaku bahwa penyu-penyu tersebut dapat berenang bebas kemana saja seperti yang diinginkannya. Untuk alasan itulah aku rasanya ingin berenang sejauh mungkin seperti penyu dari pantai Santo Sebastian yang warna airnya biru tosca.

Tetapi keinginanku itu terhalang oleh orang-orang yang ramai berkunjung dipantai di pagi yang cerah itu. Mereka tidak henti-hentinya  meneriakiku agar tidak terus berjalan jauh kearah laut yang semakin dalam. Sampai akhirnya Fernandez dan putra tertuaku Aquilino mengenggam dan berusaha menarik kedua belah tanganku untuk kembali kepantai berpasir putih yang indah itu.

Malam sebelum kejadian menghebohkan dipantai pagi itu. Terasa dalam tidur malamku, emak yang sangat kurindukan siang dan malam terlihat memandangku dari kejauhan. Tetapi ia tersenyum dengan wajah pucat pasi. Tidak banyak kata-kata yang terucap. Sampai dengan terakhir emak mengatakan.

“Sabar anakku Nirmala,... waktunya akan tiba dan emak akan selalu berdoa untukmu.” lidahku kelu dan hanya rasa bahagia dan haru yang menyelimuti perasaan. Aku hanya bisa menangis karena kerinduan yang teramat sangat. Bahkan disaat itu, aku tidak sempat mencium tangannya serta bersimpuh memohon maaf diujung kakinya.

Fernandez, suamiku yang tidur nyenyak sebelumnya berusaha menenangkanku dengan langsung meraih dan mengenggam dengan hangat tanganku dan kembali tidur. Sedangkan aku tetap gelisah dan  tidak bisa tidur sampai fajar menyingsing. 

Segera guratan sinar matahari mulai menampakkan sedikit sinarnya. Kemudian disaat itu jugalah orang-orang terdekatku masih tertidur pulas, sehingga merupakan kesempatanku untuk dapat berlari menuju pantai Santo Sebastian yang sepertinya telah melambai-lambaikan tangannya.

Asaku untuk bisa segera kembali ke kampung halamanku terasa semakin memuncak seiring semakin besarnya putra sulungku Aquilino yang selalu bertanya tentang aku. Ia mulai sering bertanya dari sebutan namaku Nirmala. 

Sebuah nama yang sangat berbeda yang pernah didengar serta diketahuinya dilingkungan sekitarnya selama ini. Tambahan lagi ia merasa tidak pernah dipertemukan dengan kakek neneknya dari sebelahku, seperti keluarga lain yang pernah dilihatnya.

 Perlahan kisahku tersebut mulai kuceritakan dengan Aquilino dan semuanya bermula ditahun 2000.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun