Mohon tunggu...
edi dimyati
edi dimyati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mengayuh dengan Hati, Menghadirkan Buku, Mengabarkan Informasi

Bertualang telah menjadi aktivitas favoritnya.Invasi ke gedung tua, menyambangi museum, membelah hutan, menyusup gua, mengarungi lautan, belajar budaya dan bercengkrama dengan denyut aktivitas penduduk desa adalah rangkaian perjalanan yang mengasyikan. Dari sana, biasanya akan banyak menemukan keajaiban baru yang tak pernah diduga. Aktivitas: mengelola perpustakaan masyarakat 'Kampung Buku' di Cibubur, dan membina klub Yoyo bernama YOMA (Yoyo Mania) - Cibubur. Karya Buku : - Panduan Sang Petualang : 47 Museum Jakarta. Penerbit: Gramedia Pustaka Utama, 2010 - Panduan Sang Petualang : Wisata Kota Tua Jakarta. Penerbit: Gramedia Pustaka Utama, 2010 - YOYO. Penerbit: Gramedia Pustaka Utama, 2011 - Yuk, Bertualang ke Museum Jakarta, Penerbit: Grasindo, 2011 - Wisata Pesisir Ciamis Selatan, Penerbit: Gramedia Pustaka Utama, 2012 . Youtube : KARGO BACA IG : kargobaca Web : www.kargobaca.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Menembus Langit 1 (Cerbung) - Melukis Delusi

18 Juni 2017   20:35 Diperbarui: 18 Juni 2017   21:10 754
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menembus Langit 1 (Cerbung)

MELUKIS DELUSI

If You Can Dream It

You Can Do It

 Dua Baris tulisan itu terpatri pada batu besar yang dilumuri lumut hijau. Dilihat dari bentuk bongkahannya, umur batu yang berbentuk menyerupai kubus setinggi pinggang orang dewasa  itu  diperkirankan sudah lebih dari setengah abad. Permukaannya sudah tidak lagi  mulus. Sebagian besar bidangnya penuh lubang akibat pukulan titik-titik air yang jatuh dari langit. Meski demikian, ukiran kalimat dua baris itu masih bisa terbaca.

Dibalik kekusaman batu, pesan yang entah siapa memahatnya itu  telah memancarkan spirit luar biasa. Buatku, kata-kata itu menusuk jiwa. Apalagi dalam kondisi sekarang dimana aku memang sedang mempunyai segudang cita. 

Ya, sebuah kalimat itu sukses menjadi pemantik semangatku dan kata-kata tersebut berubah wujud menjadi perintah sakti yang punya peran menggedor keinginanku dulu. Ya, keinginanku kala duduk di bangku sekolah dasar. Saat aku kecil, aku punya cita-cita yang orang lain tak pernah terpikirkan. Sebuah keinginan yang banyak dihujani respon antipati dan segudang pendapat yang memihak kepada sebuah kemustahilan.

Aku melihat-lihat ke sekeliling dimana aku sedang berpijak. Mataku menelisik ke semua sudut tangkai-tangkai dan daun-daun yang menutupi sinar matahari. Banyak sekali pohon pinus berbaris rapih. Berderet, seolah mereka sedang mengawal saat kakiku melangkah, berjalan melewati jalan setapak ini. Konon, kalau kita berada diantara pohon-pohon pinus selama 15 menit saja tubuh menjadi lebih fresh. Dan, asrinya pohon-pohon lebat itu juga bisa mengurangi stres karena mereka telah menyuplai oksigen yang luar biasa. Rindang, teduh dan menyejukan hati.

Benar, suasananya membuatku terasa segar sekali, tapi aku mulai bertanya. Heran dengan kondisi yang ada. Mengapa tiba-tiba aku berada di tengah hutan ?. Seorang diri di tengah rimba,  tanpa teman di sisi. Mengapa juga tiba-tiba saja aku dihadapkan oleh bongkahan batu besar ini ?. Aku tak ingat sama sekali dengan suasana yang belum dimengerti kronologis hingga sampai di sini. Seperti manusia yang baru dilahirkan dan pertama kalinya menginjak bumi.

Lama aku berfikir. Mencari tahu sebab musabab aku bisa berdiri di sini. Namun, aku tak mendapatkan  satu alasan pun yang menjadi penyebabnya. Tidak ada jawaban mengapa dan siapa yang  mengantarkanku ke tengah belantara.

Saat hatiku berkeluh, tak berapa lama kemudian ada sesuatu yang bergerak dalam semak di samping batu tadi. Pergerakannya mengusiku untuk mencari tahu ada apa dibalik kumpulan ilalang itu. Semoga saja yang aku khawatirkan tidak pernah terjadi. Jangan sampai sosok yang mencuri perhatianku itu adalah ular besar atau malah hadir macan berperawakan seram yang siap menerkam manusia dihadapannya. Jantungku berdegup keras, dan bersiap untuk berlari sekencang mungkin kalau saja rasa was-was itu  menjadi nyata.

Kumpulan ilalang yang tumbuh di sisi batu itu terus bergoyang. Goyangannya menandakan sebentar lagi sosok teka-teki yang membuatku penasaran akan keluar. Perlahan, wujud mahkluk bernyawa itu muncul. Ternyata seekor kuda bercula satu menampakan kepalanya. Giginya meringis, ia melihatku malu-malu. Sebentar muncul dan sekejap kemudian mundur. Nampaknya ia sedang mencari tahu apakah aku ini membahayakan atau tidak. Aku tak akan mengusiknya, biarlah kuda manis itu memutuskan sikapnya. Setelah aku tunggu beberapa menit akhirnya mahkluk yang bersembunyi tadi keluar juga. Binatang yang punya perawakan bagus itu menampakan diri dan  menghampiriku dengan rasa khawatir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun