Mohon tunggu...
Eddy Roesdiono
Eddy Roesdiono Mohon Tunggu... Guru Bahasa Inggris, Penerjemah, Copywriter, Teacher Trainer -

'S.C'. S for sharing, C for connecting. They leave me with ampler room for more freedom for writing.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Novelet: Perempuan Yunani dan Guru Privat Bahasa Indonesia (9)

28 Oktober 2011   07:26 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:23 441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

EPISODE 8 ADA DI SINI

Pikiranku kacau balau.

Eleni mengirimkan sms singkat, “Buka emailmu”

Bergegas aku menyalakan komputer. Tak ada pesan apa-apa dalam e-mail Eleni kecuali dua link. Aku klik link-link itu satu persatu. Semuanya tentang bahasan dominasi pria Yunani dalam kehidupan rumahtangga Yunani. Pria Yunani seenaknya, terlalu menggenggam istri, melarang ini-itu, menjadi pihak yang selalu benar, minta dihormati, dan yang terpenting, kalau pria selingkuh para pria menganggap sumber terjadinya perselingkuhan adalah istrinya.

Weh! Kenapa pula aku harus membaca ini? Eleni, an eagle without wings?

Aku sampai di lobi Hotel Shangrila tepat jam 5. Alexandrous sudah menungguku di sana. Ia duduk santai di sofa, seperti biasa, tenang dan rapi. Tapi sorot matanya tajam tertancap ke arahku.

“Duduklah,” ia menunjuk sofa tak jauh di depannya. “Kita menunggu Eleni. Sebentar lagi ia sampai”

Aku duduk tanpa bicara dan membalas sorot matanya yang seakan ingin melibas aku dengan sekali gerakan.

Dari jauh kulihat Eleni turun dari taksi dan langsung menghampiri kami dengan wajah datar.

“Hai,” ia menyapa Alexandrous dan mengangguk kecil padaku. Selebihnya sepi menyergap. Alexandrous berganti-ganti menatapku dan Eleni, dan kemudian mengibaskan pandangan berkeliling.

“Pembicaraan ini sangat penting dan kita butuh privasi. Kita bicara di kamarku saja, di lantai 9,” kata Alexandrous dalam bahasa Inggris. Ia berdiri. Aku dan Eleni mengikuti. Di dalam lift, tak ada suara terucap dari kami bertiga.

Alexandrous mengetuk pintu kamarnya. Pintu terbuka. Trista berdiri di balik pintu.

“Kami datang siang tadi. Aku dan Trista putuskan tidak langsung kembali ke kediaman masing-masing,” kata Alexandrous. Trista terlihat sedikit rikuh menerima tatapanku dan tatapan Eleni yang mungkin menikam-nikam tubuhnya.

Aku menebar pandangan ke sekeliling kamar. Ranjang double-bed itu acak-acakan; bisa jadi bekas pergumulan.

“Well,” Eleni membuka percakapan.

“Ya, aku akan berterus terang. Aku, suami Eleni, menjalin cinta dengan Trista, istrimu,” kata Alexandrous. Aku tidak ke Bangkok. Aku menemui Eleni di Singapura,”

“Dan aku ke Singapura bukan untuk urusan pekerjaan. Aku menemui Alexandrous,” tambah Trista.

“Sekarang, apa ceritamu, guru privat bahasa Indonesia?” Alexandrous menatapku.

“Aku meniduri istrimu,” kataku tak perlu berlama-lama, menoleh Eleni.

“Dan itu aku yang minta, aku yang memaksa,” ujar Eleni di luar dugaan.

Alexandrous menarik nafas panjang. Trista menutup mulutnya tak percaya.

“Oke, semua ini salahku! Aku tergoda pesona istrimu!” kata Alexandrous, “dan istrimu tidak menampikku. Ia bilang ia mencintaiku”

Aku menatap Trista.

“Benar begitu, Tris?” tanyaku.

Trista mengangguk. “Ya, sudah dua bulan kami berhubungan”

“Boleh aku tanya sejauh mana kamu kenal Rodi dan Reina?” tanyaku.

“Itu suami dan anakku!” jawab Trista polos.

“Baguslah kamu tahu,” ujarku.

“Eleni,” Alexandrous menyela, “Apakah kau mencintaiku?”

“Tadinya!” jawab Eleni.

“Tadinya!” suara Alexandrous meninggi.

“Ya, tadinya. Sekarang aku tak tahu apakah aku mencintaimu!” kata Eleni.

“My God!” kata Alexandrous. Ia kemudian bicara dalam bahasa Yunani yang langsung disela oleh Eleni.

“Jangan pakai bahasa yang Rodi dan Trista tidak paham. Aku menolak bicara hal-hal rahasia dengan kamu,” kata Eleni.

Alexandrous diam sesaat.

Aku bicara. “Boleh aku menanyai istriku pertanyaan yang sama,” aku menatap Trista.

“Trista, lihat mataku. Apakah kau mencintaiku?”

Trista memilih menunduk dan tidak menjawab. Agak lama kuberikan waktu bagi dia untuk membuka mulut. Tapi tak tersedia jawaban.

“Aku tahu kau tak akan bisa menjawab ini,” ujarku.

Air mata meleleh di pipi Trista. Eleni menatapku dengan roman muka yang tak bisa kutebak.

“Rodi…..kau mencintai istrimu?” tiba-tiba saja Eleni mengajukan pertanyaan. Alexandrous dan Trista sama-sama menantikan jawabanku

“Seharusnya! Tapi aku tidak pernah tahu apakah cinta itu dirasakan oleh Trista!”

Trista tetap bergeming. Suasana hening sesaat.

Alexandrous meneguk minuman dari meja, dan menoleh Trista.

“Trista, apakah kau ingin menanyakan hal yang sama dengan yang ingin kutanyakan pada Eleni?” kata Alexandrous.

Kali ini Trista mengangguk. “Kau saja yang tanya,” kata Trista pada Alexandrous.

Alexandrous menatap Eleni.

“Satu pertanyaan penting, Eleni! Hanya satu pertanyaan! Tolong jawab dengan jujur!” kata Alexandrous.

“Katakan!” ujar Eleni.

Alexandrous menghela nafas dan menyorot mata Eleni dalam-dalam.

“Apakah kau mencintai Rodi. Apakah kau melakukan itu demi cinta?” terdengar getar lemah dalam suara Alexandrous.

Eleni tersenyum kecil dan sempat melirikku sejenak. Lirikan cantik itu membuatku galau.

Aku, Trista dan Alexandrous tak sabar menantikan jawaban Eleni.

[caption id="attachment_138528" align="aligncenter" width="246" caption="Perempuan Yunani (foto : dcgreek.com)"][/caption]

(BERSAMBUNG KE SINI)


Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun