Mohon tunggu...
Eddy Mesakh
Eddy Mesakh Mohon Tunggu... Wiraswasta - WNI cinta damai

Eddy Mesakh. Warga negara Republik Indonesia. Itu sa! Dapat ditemui di http://www.eddymesakh.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Sapi Australia Lebih Mulia dari TKI

14 Juni 2011   11:56 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:31 996
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_116539" align="aligncenter" width="640" caption="Peternakan sapi di Pangalengan, Bandung (KOMPAS/Dwi Bayu Radius) "][/caption] PEMERINTAH Australia berang bukan kepalang. Mereka tidak terima perlakuan kasar terhadap sapi-sapi yang mereka ekspor ke Indonesia.  Australia mengetahui adanya perlakuan kasar terhadap sapi di Indonesia  melalui acara  Four Corners di stasiun televisi ABC. Kalau Pemerintah Indonesia, Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dibunuh sekalipun, belum tentu dapat perhatian. Kendati sapi-sapi itu memang sengaja mereka ekspor untuk dijegal kemudian disantap orang Indonesia, namun mereka menolak perlakuan kasar terhadap hewan ternak itu saat proses penyembelihan.  Sebagai bentuk perlindungan terhadap sapi-sapi mereka, Pemerintah Australia memutuskan untuk menghentikan sebagian ekspor sapi potong ke Indonesia.  Sebelas rumah potong hewan (RPH) di Indonesia dilarang menjagal sapi potong asal Australia. Tak hanya itu, Menteri Pertanian Australia, Joe Ludwig, mengangkat seorang penyelidik independen untuk meninjau lebih dalam mengenai "kekerasan terhadap sapi di Indonesia".  Mereka juga mengirim sejumlah pejabat ke Indonesia, khusus untuk membahas persoalan itu. Tak lama berselang, Pemerintah Australia menghentikan sama sekali ekspor sapi potong ke  ke Indonesia.  Mereka akan membuka kembali ekspor sapi potong ke Indonesia apabila prosedur pemotongan hewan oleh RPH-RPH di Indonesia sudah memenuhi standar kesejahteraan hewan internasional. Bukankah penghentian ekspor sapi juga merugikan Australia? Sebab, Indonesia adalah pasar terbesar Australia untuk ekspor sapi hidup. Lebih dari setengah juta ekor sapi diekspor ke negara itu tahun lalu, dalam perdagangan yang bernilai kira-kira 300 juta dolar.   Toh, Indonesia juga "menderita" akibat keputusan tersebut, mengingat 35 persen kebutuhan daging domestik berasal dari Australia. Terlepas dari persoalan ekonomi dalam kasus tersebut, kita perlu belajar dari sikap tegas Pemerintah Australia. Bahkan, sudah sepatutnya Pemerintah Indonesia merasa malu. Bahkan kekerasan terhadap sapi pun menjadi perhatian serius Pemerintah Australia.  Sebaliknya, Pemerintah Indonesia nyaris tak peduli ketika Tenaga Kerja Wanita (TKW) diperkosa dan disiksa sampai mati.  Terkadang ada perhatian manakala kasus kekerasan dan pembunuhan terhadap TKI/TKI mendapat pemberitaan luas dari media massa. Tapi tanpa ada tindakan tegas, akhirnya kasus serupa terjadi dan terjadi lagi.  Pengiriman TKI/TKW ke luar negeri pun lancar-lancar saja kan? Anda pasti sudah tak asing lagi kan soal kekerasan terhadap TKI/TKW di luar negeri.  Dari Malaysia, Singapura, dan Arab Saudi, kita mendengar dan membaca  begitu banyak kasus kekerasan dan pembunuhan terhadap saudara-saudara kita. Diperkosa, dibakar, disetrika, bahkan ada yang 'disembelih' secara lebih brutal dan lebih kejam dibanding perlakuan tukang jagal di Indonesia terhadap sapi potong asal Australia. Australia mengekspor sapi ke Indonesia untuk disembelih tapi mereka tetap membela hak-hak binatang tersebut. Sebaliknya, TKI/TKW dielu-elukan sebagai pahlawan devisa tapi tidak mendapat  penghargaan sebagaimana seorang pahlawan.  Apa boleh buat, sapi potong Australia memang lebih mulia dibanding TKI/TKW kita.  (*)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun