Mohon tunggu...
Eddy Mesakh
Eddy Mesakh Mohon Tunggu... Wiraswasta - WNI cinta damai

Eddy Mesakh. Warga negara Republik Indonesia. Itu sa! Dapat ditemui di http://www.eddymesakh.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Ada 39 Peringatan, 13 Hari Sebelum Tragedi AirAsia

1 Januari 2015   04:55 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:03 1198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_344265" align="aligncenter" width="413" caption="Data korban kecelakaan tigas pesawat terkait Malaysia, berdasarkan kewarganegaraan. (eddymesakh/diolah dari Wikipedia)"][/caption]

BUKAN informasi baru, tapi layak untuk disimak. Ternyata 13 hari sebelum kecelakaan menimpa AirAsia Fligth 8501 pada 28 Desember 2014, seorang yang menamakan diri “Warga Memiliki Kegemarannya Sendiri” sudah memperingatan sebanyak 39 kali agar siapapun tidak menumpang pesawat AirAsia karena ada “Black Hand” atau “tangan hitam” (baca: jahat) yang hendak menghancurkan maskapai penerbangan asal Malaysia itu agar bernasib serupa dengan Malaysia Airlines. Peringatan tersebut disampaikan pada 15 Desember 2014 pukul 20:15 waktu Beijing di media Forum Tianya - forum bbs.tianya.cn. Sang bloger yang di sumber lainnya disebut menggunakan nama “LandLord” membuat tulisan berjudul: "Malaysia Airlines Sudah Dibuat Hancur, Kini Tangan Hitam itu Diregangkan ke dalam Tubuh AirAsia."

Sebenarnya saya sendiri kurang tertarik dengan isu seperti ini, tetapi merasa terganggu karena kabar ini ternyata juga dilaporkan oleh Epoch Times (Era Baru), sebuah jaringan media besar yang terbit dalam 17 bahasa dan tersebar di 30 negara dan lima benua. Saya sendiri cukup mengenal Epoch Times, karena media ini juga dicetak oleh  PT Tribun Media Grafika (penerbit Harian Tribun Batam), di mana saya pernah bekerja dan ikut terlibat dalam proses pencetakannya serta pernah bertemu dan berbincang dengan pengelola media tersebut di Batam.

Sebagaimana artikel yang ditulis oleh Luo Ya dari The Epochtimes edisi 29 Desember 2014, bahwa pada 15 Desember 2014, seseorang telah memposting dalam forum media Tianya tentang kejadian yang akan menimpa pesawat penumpang AirAsia. Orang tersebut mengimbau masyarakat Tiongkok untuk tidak menumpang pesawat AirAsia bila bepergian agar tidak menjadi korban serupa Malaysia Airlines MH370.

Berkali-kali Landlord mengingatkan agar wisatawan Tiongkok yang hendak bepergian menggunakan pesawat terbang agar menghindari maskapai penerbangan Malaysia atau yang berkaitan dengan negara tersebut.  "Sebenarnya bertujuan untuk bersenang-senang, pergi bertamasya atau mengurus bisnis atau demi pendidikan, mungkin karena kurang peduli sehingga menggunakan penerbangan milik Malaysia Airlines atau mungkin AirAsia, tahu-tahu menjadi sasaran dan mati konyol. Oleh karena itu, saya berharap kepada semuanya untuk berwaspada. Saya juga berharap agar berita ini secepatnya disebarkan kepada sanak saudara. Jangan coba-coba untuk menentang, karena Anda bukan lawan sepadannya, sedapat mungkin hindari saja! Siapa saja yang mau menerima saran ini dia akan mendapat keuntungan. Lebih baik masyarakat yang menjaga keselamatan sendiri."

Sekitar pukul 23 – 24 malam itu, Landlord kembali memposting; "Ini adalah pesan penting yang menyangkut keselamatan jiwa manusia. Entah mau terbang ke Eropa atau Amerika. Ingat! Tidak menggunakan pesawat penumpang Malaysia Airline atau AirAsia. Saya berharap pesan ini tidak masuk telinga kiri keluar telinga kanan, karena jika tragedi terjadi penyesalan sudah tak ada gunanya."

Pada 16 dan 17 Desember 2014, Landlord kembali mengingatkan, "Ini adalah peristiwa besar yang berkaitan dengan nyawa manusia, saya harap semuanya bisa memperhatikan secara serius." Ia menekankan "Hindari AirAsia, hindari Malaysia Airlines, hargai kehidupan Anda". Dia kembali memposting peringatan serupa pada pukul 00:58 dan 10:10 pada 17 Desember 2014. Tulisan itu ia posting sampai sebanyak 39 kali sebelum 'menghilang'.

[caption id="attachment_344264" align="aligncenter" width="500" caption="Screenshot tulisan Landlord di forum bbs.tianya.cn. (sumber:epochtime)"]

14200368291773778054
14200368291773778054
[/caption]

Sumber lain menyebutkan, peringatan tersebut sempat ditertawakan oleh anggota forum lainnya, tapi LandLord terus saja melontarkan peringatan itu sampai 39 kali! Apakah peringatan itu berhasil? Faktanya, dari total 162 penumpang dan awak AirAsia Flight 8501 rute Surabaya-Singapura, tak seorangpun di antaranya merupakan warga Tiongkok.

Sebuah konspirasi?

Mungkinkah kejadian ini merupakan buah dari konspirasi internasional untuk menghancurkan maskapai-maskapai penerbangan milik Malaysia? Ataukah – jika memang ada konspirasi – serangan ini memiliki tujuan ganda; selain menyasar maskapai penerbangan Malaysia, juga meneror negara-negara tertentu (jika dilihat dari jumlah korban menurut kewarganegaraan).

Para ahli intelijen lebih paham dan lebih pantas untuk menjelaskannya. Tetapi sebagai awam, pikiran kita ikut terseret-seret teori konspirasi tersebut, mengingat tiga kecelakaan fatal di 2014 menimpa maskapai penerbangan Malaysia atau yang terkait dengan Malaysia, yakni Boeing 777-200 ER Flight MH370 Kuala Lumpur-Beijing pada 8 Maret 2014, Boeing 777 MH17 rute  Amsterdam -  Kuala Lumpur yang ditembak jatuh di Ukraina pada 17 Juli 2014, dan Airbus A320-200 AirAsia QZ8501 rute Surabaya-Singapura pada 28 Desember 2014.

Tiga kecelakaan itu merenggut masing-masing 239 jiwa dari MH370, 298 jiwa dari MH17, dan 162 jiwa dari QZ8501, atau total 699 nyawa dari 21 negara. Berdasarkan kewarganegaraan, empat negara paling banyak kehilangan warganya, yakni Belanda (194), Indonesia (174), Tiongkok (152), dan Malaysia (94). Selengkapnya lihat tabel di atas.

Konspirasi atau bukan, tragedi AirAsia QZ8501 menyisakan banyak pertanyaan untuk dijawab. Berdasar informasi cuaca dari BMKG, lintasan terbang (Jalur M635) yang dilalui pesawat itu tengah diselimuti cuaca buruk. Mengapa pilot tetap diizinkan terbang melintasi area bercuaca ekstrem tersebut?  Pertanyaan lainnya, sebagaimana disorot stasiun televisi CNN, mengapa jadwal penerbangan dimajukan dari sebelumnya pukul 08.00 WIB ke pukul 05.36, padahal pada jam ini jalur penerbangan sangat padat?  Belum lagi pertanyaan mengapa ELT (Emergency Locator Transmitter)yang dirancang tahan banting justru mati sehingga posisi pesawat menjadi sulit dilacak.



[caption id="attachment_344266" align="aligncenter" width="624" caption="Tan Sri Dr Tony Fernandes, Group Chief Executive Officer of AirAsia. (Sumber:kompas.com/Airbus/A Doumenjou)"]

1420037521837673734
1420037521837673734
[/caption]

Perubahan jadwal tersebut dinilai sebagai keputusan keliru dan berakibat fatal. Ditambah buruknya cuaca yang harus ditembus, sehingga meskipun Kapten Pilot Irianto sangat berpengalaman, dirinya tak kuasa menghadapi situasi. Seperti analisis ahli penerbangan dalam tulisan saya sebelumnya, kendati air traffic control (ATC) membolehkan pilot menambah ketinggian sesuai permintaan dari 32 ribu kaki ke 38 ribu kaki pun, pesawat tetap terperangkap dalam awan badai cumulonimbus. Sebab, menurut keterangan BMKG, awan badai tersebut mencapai ketinggian 48 ribu kaki. Itu berarti tak ada ruang manuver bagi pilot untuk keluar dari situasi tersebut.

Sembari menanti penjelasan detail mengenai penyebab kecelakaan dari rekaman “black box”, kita berharap otoritas penerbangan sipil nasional maupun internasional agar segera memperbaiki semua hal menyangkut keselamatan penerbangan sipil, mulai dari kontrol ketat terhadap kelaikan pesawat, prakiraan cuaca, pilot, pihak bandara dan petugas ATC, hingga teknologi terkait keselamatan penerbangan. Intinya, harus ada sebuah jaminan keselamatan penerbangan yang lebih tinggi demi keselamatan manusia. (*/eddymesakh)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun