Ikan Dori yang dilahirkan oleh ibunya mulai berenang ke permukaan. Namun akhirnya ia merasa takut untuk kembali lagi ke sana. Rupanya ada kapal nelayan datang membawa teknologi canggih.
Hanya dengan mengirimkan gelombang suaranya saja, alat itu mampu mendeteksi keberadaan ikan ikan di kedalaman lautan. Tak terkecuali anak anak ikan yang masih kecil pun masuk dalam intaian.
Karena diselimuti resah, Dori selalu berenang di kedalaman. Tak pernah lagi berenang ke permukaan. Seakan tak ingin melihat dunia luar. Sang ibu pun heran. Mengapa anaknya tak senang melihat sinar matahari di permukaan. Mengapa tak ada minat menikmati nyamannya air di sana. Bukankah sekali waktu tubuh dinginnya perlu kehangatan?
"Anakku, berenang lah ke permukaan. Latihlah ingsangmu untuk beradaptasi dengan suasana berbeda. Buatlah sirip dan ekormu kuat dalam derasnya aliran arus laut yang mudah berubah."
"Nggak mau, Bu. Di sana berbahaya." Dori berusaha memberikan alasan.
"Bukankah laut kita sangat aman. Mengapa kamu katakan berbahaya?" Si ibu menyampaikan mosi tidak percaya.
"Banyak kapal nelayan kecil yang menebar jala pada tempat tempat berkumpul kita. Mereka sangat mudah menemukan kita di kedalaman. Apalagi di permukaan, Bu."
"Mengapa harus takut. Bukankah itu saatnya kita bisa mencapai kesempurnaan." Si ibu tersenyum memandangi anaknya.
"Apakah kita belum sempurna sebagai makhluk Tuhan, Bu?"
"Hampir sempurna. Tinggal tunggu waktu saja." Si ibu pun berenang meninggalkan Dori.
***