Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Organisasi Bisnis, Benarkah Hanya Mengejar Keuntungan?

27 Februari 2024   16:06 Diperbarui: 13 Maret 2024   04:13 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pentingnya etika bisnis dalam mengelola perusahaan (Sumber ilustrasi: Freepik)

Kalau kita bertanya kepada kebanyakan orang, apakah sebuah organisasi atau perusahaan bisnis memiliki tujuan utama untuk meraih keuntungan sebanyak-banyaknya, kemungkinan besar jawabannya adalah "ya."

Argumentasinya, bisnis memang diarahkan untuk mendapatkan profit, jika mungkin keuntungan itu sebesar-besarnya. Untuk itulah organisasi bisnis didirikan.

Mengejar Profit?

Benarkah pendapat seperti itu? Pendapat itu, menurut penulis, tidak salah. Hanya saja, berorientasi hanya pada keuntungan sebesar-besarnya, bisa membawa perusahaan lupa diri dalam praktiknya.

Artinya, perusahaan bisa melakukan segala daya dan upaya untuk meraih profit yang sebanyak-banyaknya. Jika demikian halnya, bukan tidak mungkin berbagai jurus diterapkan, yang penting mendatangkan keuntungan bagi perusahaan.


Jika untuk menggapai profit tersebut dilandasi dengan pemikiran dan tindakan yang benar, tentu tidak akan menjadi masalah.

Sebaliknya, apabila profit itu dikejar dengan tindakan-tindakan yang tidak etis, tidak mempedulikan nilai-nilai etika dan moral dengan menghalalkan segala cara, maka akan berdampak buruk bagi konsumen dan para pihak lainnya.

Misalnya, perusahaan tidak memerhatikan kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan karyawan, lalu membuang limbah sembarangan, tidak peduli terhadap lingkungan sekitar, serta melanggar peraturan yang berlaku, dan sejenisnya.

Perusahaan yang semata-mata mengejar keuntungan mempunyai kecenderungan mengabaikan etika bisnis.

Dalam waktu tertentu mungkin perusahaan seperti ini bisa eksis, tapi selama jangka panjang? Ia akan terpuruk oleh perilakunya sendiri. 

Akan ada sejumlah complain dari warga setempat, dari konsumen atau pelanggan, atau dari para pihak yang bekerja sama dan terkait dengannya.

Sumber: bhinneka.com
Sumber: bhinneka.com

Mengabaikan Etika Bisnis

Dengan demikian, mesti hati-hati jika sebuah perusahaan hanya mengedepankan keuntungan sekaligus mengabaikan kepeduliannya pada etika dalam berbisnis.

Perusahaan yang mengabaikan etika bisnis pasti akan terpuruk, cepat atau lambat.

Oleh karena itu, pihak perusahaan seyogianya berpikir bagaimana menjalain hubungan yang harmonis dengan para pihak yang bekerjasama dengannya. 

Di dalamnya termasuk karyawannya sendiri, pemerintah, masyarakat, dan lingkungan sekitar.

Aspek etika baik yang diberlakukan secara internal dan eksternal mesti benar-benar diperhatikan dan diimplementasikan.

Salah satunya adalah dengan tetap memerhatikan lingkungan dan masyarakat sekitar, sebab merekalah yang paling sering terdampak oleh kehadiran perusahaan. Kepedulian dan tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungannya secara nyata mesti diwujudkan, misalnya, dengan menggunakan CSR (Corporate Social Resposibility).

Jadi, bagaimana? Ya, perusahaan yang baik adalah perusahaan mengutamakan kepuasan dan kesejahteraan konsumen dan peduli terhadap lingkungan.

Dengan sikap dan tindakan seperti ini, maka dukungan positif dari masyarakat akan bisa diperoleh.

Semakin peduli perusahaan terhadap lingkungan internal dan eksternal, terutama yang berkaitan dengan kepuasan konsumen dan kesejahteraan masyakarat pada umumnya, maka eksistensi perusahaan akan semakin terjaga dan menguat.

Kita bisa melihat dan membuktikan perusahaan-perusahaan yang tetap eksis dalam kurun waktu yang lama lantaran kepeduliannya terhadap stakeholder-nya.

Etika sebagai Nilai Dasar Perusahaan

Terkait dengan profit, tidak ada salahnya perusahaan mengejarnya. Hanya saja, jangan itu yang menjadi tujuan utama.

Tujuan utama seharusnya adalah bagaimana melayani konsumen dan stakeholder lainnya dengan baik.

Terkait hal ini, Alan Boeckmann, Direktur Korporasi dan CEO Fluor mengatakan, "Etika dan sifat etis merupakan nilai-nilai inti dari Flour, dan sifat etis merupakan nilai-nilai inti dari Fluor, dan telah seperti itu sejak pendirian kami lebih dari seabad yang lalu." Flour mendapatkan keuntungan dengan berlandaskan pada nilai-nilai etis tersebut.

Selanjutnya, Sandy Cutler, CEO dari Easton Corporation, mengatakan hal yang berkaitan dengan kepatuhan pada etika yang dianut oleh perusahaan yang dipimpinnya. "Etika adalah tentang melakukan bisnis melalui filosofi internal dan komitmen pelanggan. Kami akan kehilangan bisnis sebelum kami mulai mengompromikan nilai-nilai kami."

Jadi, perusahaan yang akan tetap eksis adalah perusahaan yang disokong oleh semua pihak terkait. Tak hanya didukung oleh internal perusahaan seperti karyawan dan pemegang sama, terutama oleh konsumen dan masyarakat pada umumnya.

Dengan demikian jelaslah bahwa seyogianya keuntungan bukan merupakan tujuan utama perusahaan.

Keuntungan hanyalah wujud imbal-balik dari pelanggan, konsumen, dan masyarakat pada umumnya atas perlakukan yang mereka terima dari perusahaan.

Kentungan perusahaan tetap diperlukan agar perusahaan bisa hidup dan mencapai kemajuan. Namun, keuntungan itu harus diperoleh melalui perlakuan etis terhadap semua pihak yang terkait dengan perusahaan.

Bagaimana perusahaan bisa membantu masyarakat hidup lebih baik, hidup lebih sejahtera, inilah yang seharusnya menjadi tujuan sekaligus etika dalam bisnis. Bukan hanya dalam tataran konsep atau gagasan, bahkan juga dalam tindakan.

(I Ketut Suweca, menyongsong Galungan, 27 Februari 2024).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun