Selain mengikuti kursus karang-mengarang yang dikelola The Liang Gie, selanjutnya saya juga mengikuti kursus jurnalistik. Kali ini alamat kursusnya di Jakarta.
Sistemnya persis sama dengan kursus karang-mengarang asuhan The Liang Gie yang di Yogyakarta. Hanya, materi bahasannya yang berbeda.
Kursus jarak jauh yang kedua ini saya ikuti hingga tingkat tiga. Menyenangkan mendapatkan banyak pengetahuan jurnalistik dari lembaga kursus ini.
Kedua jenis kursus dimaksud mengharuskan saya untuk memenuhi tugas-tugas menulis. Bedanya, jawaban atas tugas dalam kursus besutan The Liang Gie Yogyakarta mesti ditulis tangan. Sedangkan, untuk kursus jurnalistik yang berbasis di Jakarta -- yang dikelola Bambang Prakuso, mengharuskan saya menjawab pertanyaan atau menulis dengan cara diketik.
Untuk diketahui, kedua kursus yang saya sebutkan di atas, bukanlah kursus online seperti kita kenal sekarang, melainkan kursus jarak jauh konvensional. Saya sebut saja ini kursus gaya masa itu.
Pemberian pelajaran dilakukan dengan mengirimkan bahan materi ke alamat saya melalui pos. Â Penyampaian jawaban atas tugas yang mesti saya penuhi pun saya kirim melalui jasa pos.
Demikian juga jika ada pertanyaan-pertanyaan, seluruhnya dikirim melalui surat. Balasannya pun demikian, melalui surat dan menggunakan jasa kantor pos. Maklum, saat itu belum dikenal adanya internet.
Itulah secuil pengalaman saya dalam usaha menambah pengetahuan di bidang tulis-menulis, sebuah bidang ilmu yang saya sukai dan geluti sejak lama.
Apakah kursus itu berdampak terhadap pengetahuan dan semangat kepenulisan saya? Yang pasti, saya mendapatkan banyak referensi dan tidak pernah meninggalkan kegiatan menulis sejak saat itu. Saya semakin semangat karenanya.
Saya sudah pernah mengikuti kursus menulis dan merasakan manfaatnya. Ada banyak materi yang sebelumnya tidak saya ketahui, akhirnya saya pahami dan praktikkan dalam dunia tulis-menulis.
Perlukah Kursus Menulis?