Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ketika Pandemi Menjadi "Guru", Sebuah Catatan Kehidupan!

28 Agustus 2021   20:05 Diperbarui: 29 Agustus 2021   22:10 804
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menjalin komunikasi intensi dengan keluarga (Sumber: journeyofparenthood.com).

Kita tentu merasa sangat berduka betapa banyak saudara-saudara kita terenggut nyawanya karena Covid-19. Kita semua merasa sangat sedih. Satu demi satu sahabat-sahabat yang kita kenal dan orang-orang yang kita tidak kenal dipanggil Tuhan setelah terpapar virus ini.

Pandemi Menjadi Guru

Suasana setiap hari nyaris mencekam. Masyarakat banyak dilanda kekhawatiran. Mereka takut kalau tidak lama lagi dia atau keluarganya direnggut nyawanya lantaran penyakit yang menular ini.

Kendati banyak yang mengingatkan agar jangan terlalu khawatir lantaran kekhawatiran itu bisa menurunkan imunitas tubuh, ternyata pikiran sulit dikendalikan. Begitulah keadaannya.

Lalu, selama lebih dari 1,5 tahun pandemi melanda, apa yang bisa kita pelajari? Tak hanya meninggalkan duka-lara, pandemi juga memberikan pelajaran kepada kita. Ia bertindak bagai seorang guru. Jangan pernah lupa, tanpa izin Tuhan, pandemi tidak akan pernah ada.

Apa saja yang diajarkan "sang guru" Covid-19 kepada kita. Apa saja pelajaran yang mesti kita ketahui dan serap sebagai muridnya? Mari kita runut satu per satu.

Pertama, hidup ini hanyalah sementara.

Benar. Hidup ini sementara sifatnya. Kata orang, hidup itu bagaikan kilat. Hadir lalu lenyap. Nyawa kita adalah pinjaman yang sewaktu-waktu bisa dicabut.

Tidak pasti pula siapa yang meninggal duluan. Belum tentu yang tua, yang muda pun bisa. Seumpama buah kelapa, jangan pikir hanya kelapa tua yang bisa jatuh dari pohonnya. Yang berupa buah kelapa kecil yang disebut bungsil pun bisa jatuh duluan.

Tidak hanya orang yang sakit yang bisa meninggal. Yang sehat sekali pun bisa tiba-tiba dipanggil Tuhan. Hidup ini tetap misterius, terutama yang menyangkut kapan masing-masing dari kita akan pulang kembali kepadaNya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun