Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Begini Cara Saya Menulis Artikel Opini untuk Koran

13 Juli 2021   04:19 Diperbarui: 16 Juli 2021   19:11 3868
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menulis artikel. Foto: KOMPAS.com/OIK YUSUF

Setelah naskah terkirim, tunggu saja, apakah naskah itu akan dimuat atau tidak. Biasanya dibutuhkan waktu maksimal 10 hari untuk menentukan dimuat-tidaknya sebuat naskah yang saya kirim.

Ini kurun waktu pada umumnya khusus untuk koran harian. Untuk majalah mingguan dan bulanan, tentu waktu tunggu yang diperlukan lebih lama.

Sembari menunggu naskah dimuat -- atau ditolak Redaksi, saya akan isi waktu dengan menulis artikel berikutnya. Jadi, saya tidak mesti duduk bengong memikirkan nasib naskah yang dikirim. Saya manfaatkan waktu untuk menulis lagi.

Menunggu Honorarium?

Pemuatan naskah, berdasarkan pengalaman saya, maksimal sepuluh hari sejak pengirimannya. Biasanya sekitar seminggu naskah sudah dimuat di koran. Bahkan, sekali waktu, dalam 3 hari naskah saya sudah muncul menghiasi halaman koran. Senangnya melihat tulisan nongol di halaman Opini, berdampingan dengan Tajuk Rencana.

Setelah itu, lalu apa? Ya, tinggal menunggu honorarium atas naskah tersebut. Honornya biasanya dikirim melalui nomor rekening yang dicantumkan di surat pengantar. Jika rajin menulis dan dimuat, maka pastilah isi rekening kita akan tambah gendut, he he he.

Honor ini bisa dipakai untuk membeli buku bacaan atau mentraktir bakso para sahabat sekali waktu. Apalagi kalau bukan untuk menghadiahi diri sendiri atau syukuran bersama pada sahabat.

Etika Itu Penting

Satu hal yang penting, jangan mengirim satu naskah yang sama secara bersamaan kepada dua atau lebih media yang berbeda pada kesempatan yang sama. Hal ini dipandang sangat tidak etis. 

Si penulis bisa di-blacklist oleh koran kalau terbukti sudah melakukan hal itu. Boleh jadi tulisan yang kita kirim berikutnya tidak akan pernah dimuat lagi. Jadi, etika yang berlaku mesti dipegang dengan baik.

Sebuah tulisan baru boleh dikirim setelah kita memastikan bahwa tulisan itu ditolak oleh redaksi yang dikirimi pertama. Setelah itu -- sesudah diedit di sana-sini yang kira-kira masih perlu perbaikan, barulah boleh dicoba dikirim lagi ke media berikutnya. Itu pun kalau kita masih yakin naskah itu memang bermanfaat dan memiliki kualitas yang baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun