Ketiga, kehilangan gairah menulis karena pengalihan fokus pada kesibukan lain. Dalam kehidupan ini, ada banyak problematika yang mesti kita hadapi dan tangani.Â
Ada pula sejumlah pekerjaan yang secara sendiri-sendiri maupun bersamaan mesti kita handle. Belum lagi pekerjaan cukup besar dan menantang dan berisiko yang hadir sekali waktu yang menuntut totalitas fokus kita.
Akibatnya, aktivitas menulis menjadi terganggu. Terhadap hal seperti ini, saya kira, nggak usah dirisaukan benar.
Apalagi sebagian besar dari kita menulis di sini bukan semata-mata bertujuan untuk mengais rejeki, mendapatkan honorarium atau semacamnya, melainkan untuk menyalurkan hobi atau mewujudkan keinginan berbagi.
Kita butuh uang, butuh makan, dan materi lainnya untuk bisa tetap hidup dan menjalani kehidupan ini. Kalau Anda kemudian memprioritaskan hal penting dan utama ini di luar menulis, siapa yang akan menyalahkan? Tidak ada, bukan?
Nah, jika kegairahan menulis menjadi pudar hanya karena perhatian kita tersita oleh pekerjaan yang lebih prioritas, maka jangan pernah khawatir.
Kita memang harus menetapkan skala prioritas. Kita mesti mengutamakan yang lebih penting lebih dulu. Ini sikap ambeg parama arta, mendahulukan yang lebih penting.
Kerinduan Kembali Menulis
Jadi, tidak mengapa kalau kita mengambil jeda menulis untuk beberapa waktu. Jangan menyalahkan diri sendiri. Setelah pekerjaan utama tersebut usai, barulah kita kembali menulis. Saya kira, hal inilah yang dialami oleh sahabat kita, Pak Wuri Handoko.
Selama kita tidak menulis, terkadang muncul kerinduan yang kuat untuk menulis, tetapi kita tahan untuk sementara. Dikalahkan oleh pekerjaan yang lebih penting atau lebih utama.