Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Cerpen] Artikel Pertamaku

30 Mei 2020   13:19 Diperbarui: 30 Mei 2020   15:43 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: pinterest.com/Connie Berger

Hari-hariku sungguh tak mudah. 

Aku harus bekerja sambil kuliah. Uang yang kudapat dari pekerjaan tak seberapa jumlahnya.

 Tidak cukup untuk kebutuhan satu bulan. Apalagi harus ada yang bisa kusisihkan untuk membayar biaya kuliah. 

Sering terjadi, di pertengahan bulan aku harus bersiasat agar bisa tetap makan lauk untuk teman nasi walaupun hanya dengan sedikit uang. Tak cukup uang untuk membeli lauk lengkap, aku cukupkan hanya dengan membeli sebungkus sayur untuk dimakan dua kali dalam sehari.

Bersama seorang sahabat senasib, kami pergi memancing di sungai untuk mendapatkan ikan yang bisa dijadikan teman makan. Tapi, itu hanya sesekali terjadi. Nyatanya, aku lebih sering hanya makan nasi putih berteman sedikit sambal. Bekal utamaku adalah beras sebanyak 10 kg sebulan yang diberikan kantor. Dengan beras itu, hidupku sudah relatif aman, minimal tidak kelaparan.

Aku ingin sekali melupakan keadaanku seperti kugambarkan di atas. Aku ingin terlepas dari kesulitan itu. Tapi, bagaimana caranya? Aku bukanlah orang yang bisa melihat dan menangkap peluang bisnis dengan mudah. Bakat bisnisku tampaknya nol besar. Tapi, apa dayaku untuk  melupakan atau setidaknya sekali waktu, melepas beban kehidupan?

Teringat pesan ayah ketika aku baru mulai diterima bekerja. Beliau mengingatkanku agar aku selalu bekerja keras, rendah hati, dan berlaku jujur. Itulah yang selalu terngiang dan kuupayakan menjadi pegangan dalam hidupku. Ayah tak hanya bisa berkata-kata. Beliau juga menunjukkan teladannya bagi kami sekeluarga. Kerja keras yang dipesankannya harus kuterjemahkan dalam kehidupan.

Ya, aku bekerja dengan sebaik-baiknya di kantor, menjadi staf yang patuh dan disiplin. Apa pun yang ditugaskan atasan pasti kukerjakan sebaik yang kubisa. Kalau aku tak bisa mengerjakan suatu tugas, akan kutanyakan kepadanya kembali atau kepada teman-teman senior yang lebih berpengalaman. Di samping mewujudkan kerja kerasku di kantor, aku juga kerja keras untuk menambah pengetahuanku.

Pada sore hari usai jam kantor, aku berangkat kuliah. Tempat belajarku tak begitu jauh dari tempatku tinggal. Ada teman baik yang selalu kami ajak untuk berjalan kaki ke kampus. Malam hari, pukul 20.00, aku baru menyelesaikan perkuliahan. Begitu terus dari Senin hingga Kamis. Jumat hingga Minggu tidak ada kuliah.

Di sela-sela tugas kantor dan kuliah aku masih sisihkan waktu untuk mencoba mencari pacar. Tapi, siapa mau dengan orang jelek yang tak punya uang dan masa depan ini? Pria lajang yang pada pertengahan bulan uangnya sudah habis, yang mendapatkan lauk dari memancing di sungai! Yang juga lebih sering hanya makan nasi tanpa lauk sama sekali kecuali sedikit sambal agar ada rasa.

Aku naksir seorang mahasiswi cantik yang indekost tak jauh dari tempat tinggalku. Setelah bertegur sapa saat tanpa sengaja bertemu di warung yang menjual lauk dan rujak, aku beranikan diri bertandang ke tempat kost-nya. Kulawan rasa malu, kulawan rasa ragu. Dalihku adalah meminjam buku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun