Berbarengan dengan itu, harus ada praktik kehidupan untuk menemukan di mana tempat kita seharusnya! Misalnya, dalam kerja, di mana bakat, di mana passion, di mana minat terbesar kita? Dalam kerja kita akan, secara perlahan-lahan, menemukan panggilan jiwa.
Beberapa Pertanyaan Spesifik
Saat menjalani pekerjaan atau saat merenung, silakan bertanya kepada diri sendiri, apakah kita merasa bersemangat melakukan suatu pekerjaan tertentu? Apakah kita menikmati pekerjaan itu? Apakah kita sering lupa waktu ketika menjalaninya? Apakah kita sering  larut dalam pekerjaan itu? Apakah kita merasa di situlah kita bisa memberikan karya terbaik? Apakah kita pernah mendengar apresiasi positif orang lain atas prestasi  di bidang yang kita tekuni?
Akhirnya, apakah kita kemudian merasa yakin dan mantap bahwa itulah yang menjadi "takdir" yang harus kita lakoni di sepanjang jalan kehidupan selanjutnya?Â
Perenungan dalam hening yang ditimpali dengan praktik nyata akan menjawab panggilan jiwa kita secara sempurna. Jangan khawatir, kita pasti menemuklan jawabannya, cepat atau lambat.
Menjadikah hidup lebih menggairahkan, lebih bermakna, dan  lebih berguna memang harus selaras dengan panggilan jiwa. Jika tidak, maka kita cenderung akan merasa tertekan dan terpaksa mengerjakan tugas sehingga tidak mampu menghasilkan karya terbaik.
Demikianlah, suka, duka, lara, dan pati, adalah sebuah kepastian. Sebuah hukum alam. Di antara semua itu, miliki hidup yang berguna dan bermakna dengan mengikuti panggilan jiwa. Inilah satu-satunya jalan untuk mengaktualisasi potensi diri sekaligus cara untuk bersyukur kepada Sang Maha Pencipta.
( I Ketut Suweca, 22 Mei 2020)