Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Menyusun Resolusi di Akhir Tahun, Apa Gunanya?

9 Desember 2019   19:36 Diperbarui: 30 Maret 2020   18:00 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: https://id.pinterest.com/pin/503558802081845694/

"Ah, apa gunanya menyusun resolusi segala macam kalau tidak dilaksanakan. Lebih baik jalani saja hidup ini, biar bagai air mengalir saja. Yang bakal terjadi nanti, nanti sajalah dipikirkan. Ngapain ruwet-ruwet membuat rencana yang rumit, toh akhirnya hanya sebatas tulisan di atas kertas," demikian seloroh seorang sahabat ketika secara iseng penulis tanyakan tentang pentingnya menyusun resolusi. Ia mengaku sudah beberapa kali membuat rencana di akhir atau di awal tahun, ternyata sebagian besar tak terealisasi. Alasannya, perjalanan hidup manusia tak sepenuhnya bisa direncanakan. Sangat mungkin menyimpang dari apa yang sudah direncanakan. Jadi, membuat rencana itu percuma saja.

Urgensi Penyusunan Resolusi

Boleh juga argumen sahabat saya itu. Tapi, saya masih belum goyah dengan keyakinan bahwa resolusi yang berbentuk perubahan yang terencana itu tetap perlu. Bahwa menyusun rencana, termasuk target pencapaiannya sangatlah penting sebagai panduan dalam menjalani kehidupan. Lalu, seberapa urgen sih rencana itu?

Pertama, rencana itu akan menjadi panduan dalam menjalani kehidupan, minimal dalam waktu setahun. Dengan rencana yang disusun dengan cermat dan tersusun dengan baik, kita dapat memastikan tahapan-tahapan yang wajib dilakukan sampai hasil yang dikehendaki dapat terwujud. Rencana menjadi semacam pedoman dalam mencapai tingkat kehidupan yang lebih baik.

Kedua, rencana tertulis akan bisa menarik kita untuk mengikutinya, beda sekali kalau sama sekali tanpa rencana. Kalau kita sedikit saja menyimpang dari rencana, apakah itu berhubungan dengan kegiatan maupun yang terkait dengan waktu, kita bisa melirik rencana kerja tertulis yang sudah kita buat. Jadi, ada pengingat agar kita kembali ke rel semula.

Ketiga, dengan rencana, masa depan yang kita tuju sebagai sebentuk goal menjadi jelas dan terang. Ini memberikan semangat kepada kita untuk memperjuangkannya, untuk menjalaninya secara sungguh-sungguh. Bandingkan jika kita sama sekali tidak mempunyai pedoman apapun. Kalau kapal berlayar tanpa arah niscaya akan tersesat, bahkan bisa membentur karang, demikian diandaikan terhadap seseorang yang hidup tanpa rencana.

Keempat, dengan rencana, kita bisa mengukur tingkat capaian. Artinya, seberapa besar keberhasilan dalam merealisasi rencana dengan mudah bisa diukur. Tercapai atau tidak rencana itu? Jika tidak, apa penyebabnya? Bagaimana solusinya? Apakah rencana yang belum tercapai itu akan dimunculkan kembali di tahun berikutnya?

Kelima, dengan rencana, semua energi menjadi terarah, terfokus pada suatu tujuan. Sumber daya yang dimiliki -- uang, tenaga, waktu, pemikiran, dan sebagainya bisa diarahkan untuk merealisasi rencana itu. Dengan menerapkan fokus, maka tak ada sumber daya yang sia-sia. Seperti suryakanta, karena sinar yang terfokus bisa membakar kapas. Demikian pula dengan rencana dan sumberdaya yang fokus, bisa menuai kesuksesan.

Keenam, kalau rencana itu tercapai sebagian atau seluruhnya, akan muncul kepuasan batin atas capaian itu. Kepuasaan psikologis itu diharapkan dapat menjadi stimulus untuk pencapaian-pencapaian berikutnya. Keberhasilan merealisasi pada setiap tahapan rencana akan memompa semangat untuk berusaha lebih keras lagi dan lagi. Hidup pun terasa lebih menggairahkan.

Mengevaluasi dan Menyusun Rencana

Sekarang, tinggal dievaluasi, apakah resolusi tahun 2019 yang sebentar lagi akan habis, sudah berhasil kita tercapai? Seluruhnya atau sebagian saja? Evaluasi itu penting, sebab dengan begitu kita akan mengetahui apa menjadi penyebab kegagalannya, kemudian mengusahakan strategi baru untuk pencapaiannya pada rencana berikutnya. Itu pun jika kita memandang rencana itu masih layak untuk diperjuangkan.

Pada tahun 2019, sebagai misal, kita berencana mengikuti ujian tesis di bulan Desember sehingga tahun depan bisa diwisuda periode pertama. Contoh lain, sepanjang tahun 2019 kita menargetkan nilai TOEFL dari 450 menjadi minimal 550 per Desember. Sudahkah tercapai? Jika belum, apakah sebaiknya rencana itu dimasukkan ke dalam rencana tahun 2020?  Dan, memperjuangkannya dengan lebih serius dan bersungguh-sungguh.

Tahun 2020 sebentar lagi akan datang. Tanpa ditunggu pun, tahun itu akan menghampiri kita. Maka, sebaiknya dari sekarang kita persiapkan sejumlah resolusi: apa-apa kita programkan pada tahun 2020? Adakah yang spesial? Kita harus menyusun rencana selama setahun ke depan dengan tahapan dan target yang jelas, baik kuantitas maupun kualitasnya.

Misalnya, tahun 2020, kita berencana menyusun sebuah buku berketebalan 200 halaman. Diharapkan selesai pada pertengahan akhir Juni 2020. Lalu apa yang kita rencanakan? Ya, tinggal kita susun jadwal kerja harian untuk mencapainya.  Januari 2020 kita mulai menulis setiap hari, misalnya, sebanyak dua halaman, kecuali hari Minggu. Juni 2020, dapat dipastikan buku  yang diimpikan bisa terwujud.

Konsistensi dan kepatuhan terhadap rencana yang kita buat sangatlah penting, walaupun rencana itu memiliki tingkat fleksibilitas tertentu untuk mengantisipasi adanya perubahan karena faktor yang tak terduga. Tanpa konsistensi dalam memperjuangkannya, mustahil sebuah rencana bisa berubah menjadi kenyataan.

Di dalamnya termasuk faktor kedisiplinan atau kepatuhan. Godaan untuk berleha-leha acapkali datang, tetapi dia yang disiplinnya kuat, tak akan tergoyahkan. Ia akan terus berusaha merealisasikan apa yang diprogramkan. Ada banyak hal, alasan, bahkan dalih yang bisa membuat seseorang berpaling dari rencananya semula.

Oleh karena itu, mari kita evaluasi rencana tahun 2019, seraya melihat tingkat keberhasilan dan kegagalannya. Mari kita susun juga rencana 2020 dengan dengan memperhatikan semua sumberdaya dan peluang yang ada. Hindari rencana yang muluk-muluk. Sebaliknya,  kita susun rencana yang cukup menantang sehingga kita bergairah untuk menjalani dan merealisasikannya.

( I Ketut Suweca, 9 Desember 2019).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun