Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memilih untuk Senantiasa Bersyukur

7 Oktober 2019   11:06 Diperbarui: 7 Oktober 2019   11:20 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sebagian dari kita mungkin sering berkeluh kesah, disadari atau tidak.  Mulai dari bangun pagi hingga menjelang tidur ada saja yang pantas dikeluhkan: ya, tidak punya inilah, tidak memiliki itulah. 

Cuaca tidak baiklah, tidak punya cukup uanglah. Tak punya makanan kesukaanlah. Anak-anak tak mau dengar omongan orang tualah. Kekasih atau teman tak setialah dan masih banyak lagi. 

Keluhan-keluhan seperti itu seolah-olah tiada putusnya. Ada saja sesuatu persoalan yang pantas dikeluhkan.

Kurangi Kebiasaan Mengeluh 

Mengeluh adalah bagian dari hidup, dan ini sangat manusiawi. Akan tetapi, mengeluh saja, apalagi mengeluh setiap hari, samasekali tidak berguna. Keluhan itu lebih banyak membebani pikiran sehingga bisa menyebabkan stress dan kita pun tidak bisa benar-benar menikmati dan mensyukuri hidup karenanya. 

Mengeluh itu bagaikan menyiram api dengan bensin yang membuatnya kian membara. Semakin 'membara' suatu keluhan, semakin berat beban pikiran yang harus ditanggung. 

Hidup itu sendiri memang sebagian terdiri dari masalah dan masalah. Tapi, kalau masalah tersebut dikeluhkan terus-menerus, maka dia akan kian membesar. 

Kalau tak yakin tentang ini, mulailah bangun pagi dengan sederet keluhan, maka dapat dipastikan si pelakunya akan jatuh sakit karenanya. Jangan lupa, kebiasaan mengeluh itu mampu menarik hal-hal yang negatif terjadi ke dalam hidup.

Alih-alih mengeluh, pernahkah kita begitu siuman di pagi hari, lalu dengan segera berterima kasih kepada Tuhan yang masih memberikan kesempatan menyongsong hari baru? 

Sudahkah kita bersyukur kepada Tuhan, karena kita telah diberikan kaki dan tangan, jantung, mata serta organ tubuh lainnya yang dapat berfungsi dengan baik sehingga dapat menunjang segala aktivitas kita?  

Sudahkah kita bersyukur atas semua hal yang sudah ada di tangan kita, segala sesuatu yang sudah kita miliki? Atau sebaliknya, alih-alih bersyukur, kita mungkin malah lebih sering mengeluh karena belum memiliki lebih banyak dan lebih banyak lagi setelah membanding-bandingkan diri dengan orang lain atau tetangga sebelah rumah?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun