Yus Rusila Noor
yus.noor@gmail.com
Di pesisir utara Jawa, tepatnya di Kabupaten Demak, laut telah lama melahap daratan. Abrasi dan penurunan tanah (subsidence) menggerus tambak dan rumah warga. Desa-desa yang dahulu hidup dari ikan bandeng dan udang kini menghadapi ancaman lenyap ditelan ombak. Dalam kondisi genting seperti ini, banyak inisiatif yang mencoba memberikan bantuan, termasuk sebuah pendekatan inovatif yang bernama Bio-Rights, mekanisme insentif yang mencoba menjembatani kebutuhan ekonomi masyarakat dengan misi besar menjaga alam.
Menyemai kepercayaan, bukan sekadar merehabilitasi mangrove
Program Building with Nature Indonesia (2015--2020) memilih Demak sebagai laboratorium hidup. Filosofinya sederhana, yaitu bekerja dengan alam, bukan melawannya. Melalui Bio-Rights, masyarakat diajak menandatangani kontrak finansial-sosial. Mereka diajak untuk merehabilitasi mangrove, merawat struktur pemerangkap sedimen, dan mengubah pola tambak menjadi lebih ramah lingkungan. Sebagai gantinya, mereka memperoleh dukungan finansial berupa pinjaman bersyarat yang bisa berubah menjadi hibah jika komitmen dipenuhi.
Namun, lebih dari sekadar angka di atas kertas, keberhasilan pendekatan tersebut terletak pada kepercayaan. Hampir dua tahun awal program dihabiskan untuk sosialisasi, pembentukan kelompok, hingga penyusunan rencana pesisir desa. Proses panjang ini sempat membuat sebagian warga tidak sabar, tetapi justru di situlah fondasi dibangun, yaitu menumbuhkan rasa memiliki, rasa percaya, dan keyakinan bahwa mereka bukan sekadar penerima bantuan, melainkan aktor utama perubahan di desanya sendiri.
Hasil mulai terlihat tetapi jalan masih panjang
Dalam periode 2017--2020, masyarakat berhasil merestorasi sekitar 47 hektar sabuk hijau mangrove, memang lebih kecil dari target awal, karena amblesan tanah yang lebih parah dari perkiraan. Namun, ratusan hektar tambak direhabilitasi dan produktivitas meningkat lebih dari 50%. Pendapatan rata-rata dari tambak ramah lingkungan memang masih jauh dari ideal, tetapi cukup menggandakan hasil dibanding kondisi sebelum program2.
Di banyak desa, warga juga mencoba usaha bersama, dalam bentuk budidaya ikan lele, peternakan kecil, hingga jalur ekowisata mangrove. Semua ini memperlihatkan bahwa konservasi tidak harus mengorbankan nafkah, justru bisa menjadi pintu menuju keberlanjutan.
Jejak keberlanjutan dari aturan desa ke forum kolektif
Salah satu warisan penting Bio-Rights adalah keterlibatan penuh anggota kelompok dalam lahirnya peraturan desa yang secara resmi melindungi garis pantai dan kawasan mangrove. Sembilan desa di Demak berhasil mengesahkan aturan tersebut, sebuah langkah kecil tapi strategis menuju tata kelola pesisir yang lebih kokoh. Kelompok-kelompok masyarakat juga membentuk Forum Bintoro, wadah kolaborasi lintas desa untuk memastikan hasil program tidak berhenti ketika proyek usai.