Mohon tunggu...
Eko Prasetyo Adi P
Eko Prasetyo Adi P Mohon Tunggu... profesional -

aku melabeli diriku sebagai seorang pelajar. karena dengan mental seorang pelajarlah aku dapat menikmati semua hal yang terjadi. \r\n

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kebebasan Itu....

8 Agustus 2012   13:34 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:05 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Dewasa ini kebebasan sangat di junjung tinggi. Undang-undang oun telah melindungi kebebasan individu tiap warganya. Apalagi di Negara-negara penganut faham liberal seperti Amerika Serikat, kebebasan individu adalah nomor satu. Negara penganut faham komunis pun semakin sedikit, terbukti Negara komunis besar seperti Uni Soviet pun kini telah bubar. Ya, memang kini kebebasan individu sangat dijamin. Kita bebas memeluk agama, bebas berekspresi, bebas beropini dan tentu saja bebas bermimpi.

Namun masalah baru muncul. Banyak orang mengartikan kebebasan sebagai kemutlakan manusia di atas segala yang ada. Kita harus ingat bahwa kebebasan seseorang dibatasi kebebasan orang lain. Kini kita bebas beropini tentang kinerja pemerintah ataupun tentang tokoh masyarakat, tapi kita harus bisa membedakan antara opini dan mencaci maki. Kalau tidak, bisa-bisa kita terjerat hukum dalam kasus pencemaran nama baik.

Kita harus bisa mempertanggung jawabkan semua kebebasan kita. Ada sebuah humor yang diberikan K.H. Imam Zarkasyi pada setiap pekan perkenalan di pondok modern Gontor. “Di Gontor, semua bebas! Mau belajar sekuat-kuatnya boleh! Mau membaca buku sebanyak-banyaknya boleh! Mau belajar bahasa Arab sepuas-puasnya boleh! Mau apalagi…? Di Gontor bebas!”. Sontak saja siswa-siswa dan semua guru yang hadir tertawa terbahak-bahak.

Pondok memang identik dengan peraturan yang ketat , seolah tidak ada kebebasan bagi santri-santrinya. Namun dengan sudut pandang positif yang diberikan K.H. Imam Zarkasyi tadi, para santri masih mendapatka ‘kebebasan’ mereka. Ya, kebebasan melakukan hal-hal positif. Pun seharusnya kita menirukan sudut pandang positif tentang kebebasan tersebut. Jika kita guru, mau memberikan ilmu kita sebanyak-banyaknya, boleh! Jika seniman, mau menghasilkan karya sebagus-bagusnya, boleh! Dan tentu saja, jika kita pemuda, mau bermimpi setinggi-tingginya, boleh! Asal kita berusaha keras untuk menggapainya.

Kebebasan sesungguhnya bukanlah kita bebas menuruti semua hasrat. Kebebasan sesungguhnya harus dibarengi dengan kematangan berpikir dan tanggung jawab. Mengutip ungkapan Epictetus “Freedom is not procured by a full enjoyment of what is desired, but by controlling the desire”.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun