Mohon tunggu...
Junaedi Ham
Junaedi Ham Mohon Tunggu... Wiraswasta - Menulis

Bekerja di Balang Institute Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Money

Semangat Kopi di Tengah Pandemi

24 Juni 2020   16:28 Diperbarui: 24 Juni 2020   19:08 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: istagram @akar_tani

Malik baru saja turun dari motornya, terik matahari membuat mata sipitnya semakin tenggelam, dia berjalan ke arahku sambil tersenyum. Hari itu kami mendiskusikan perkembangan kopi Bantaeng, utamanya dalam menghadapi masa pandemi. Beberapa media memang sedang memberitakan masa sulit petani kopi karena harga kopi anjlok di pasaran komoditi.

“Saat ini adalah masa-masa sulit.” kata Malik.

Menurunnya permintaan dan lesunya pasar kopi terjadi karena pembatasan aktifitas dan penerapan lock down pada beberapa negara tujuan ekspor.  Akibatnya cafe, rumah makan, dan gerai kopi harus bertahan untuk keberlangsungan bisnisnya.

Beberapa hari yang lalu, Malik dan pengurus  Koperasi Akar Tani menyambangi posko COVID-19 untuk menyumbangkan kopi kepada petugas dan relawan posko kabupaten Bantaeng.

Sebagai koperasi yang bergerak dalam industri kopi, Akar Tani mengolah kopi yang diproduksi dari kebun-kebun rakyat kabupaten Bantaeng. Selain itu koperasi Akar Tani juga mengolah kopi dari hasil hutan desa Labbo sebagai bagian dari upaya menjaga kelestarian hutan. Luas hutan desa Labbo 342 Ha mencakup tiga wilayah yaitu, desa Labbo, desa Bonto Tappalang, dan desa Kampala.

Awal Februari 2020, saya berkunjung ke rumah daeng Bido di Kampung Bawa’, salah satu kampung  yang paling dekat dengan hutan desa Labbo. Daeng Bido menceritakan pengalamannya mengenai hutan desa Labbo.

“sebelum memperoleh izin pengelolaan, masyarakat banyak menebang kayu untuk dipakai dalam pembangunan rumah, kita sembunyi-sembunyi masuk hutan dan kejar-kejaran dengan polisi hutan.” Ujarnya.

Sebelum menjadi hutan desa kawasan tersebut merupakan kawasan hutan lindung negara,  nanti setelah 2010 barulah mendapatkan SK Penetapan Areal Kerja Hutan Desa dari Kementerian Kehutanan, dan   SK HPHD dari Gubernur Sulawesi Selatan. Hasilnya masyarakat diberi akses menanam dan menerapkan Agroforestry kopi dalam kawasan hutan.

Kini Covid-19 telah berdampak pada sendi-sendi kehidupan, tidak terkecuali petani kopi dan komoditinya. Kondisi terakhir semenjak wabah covid-19 per April 2020, pedagang hanya membuka harga Rp 5000 per kilo liter, sementara 8 ton stok bahan baku Koperasi Akar Tani menumpuk dan belum terjual akibat pandemi.

Koperasi Akar Tani harus bekerja keras menyiapkan skema agar produksi kopi di tingkatan petani tetap berjalan, stabilitas harga, processing, dan menjamin para pekerjanya tidak kehilangan penghasilan. Akar Tani melibatkan setidaknya 84 orang dalam rantai produksi kopi, mulai dari pengolahan kebun, pemeloiharaan tanaman kopi, pemanenan, hingga pengelohan pasca panen.

Tahun 2019 koperasi Akar Tani bekerjasama dengan 60 petani yang tersebar di desa Kampala, Bonto Tappalang, Labbo, Pattaneteng, dan Pa’bumbungan. Peran Akar Tani untuk memperbaiki kualitas kopi Bantaeng dapat dilihat pada capaiannya mendampingi petani. Capaian Koperasi Akar Tani tahun 2019 yaitu berhasil membeli kopi petani dengan harga Rp. 17.000 per liter, dibandingkan jika petani hanya menjual ke pedagang pengepul dengan harga paling tinggi Rp 15.000 per liter. Selisih harga dimaksudkan agar petani dapat memetik merah (buah ceri) kopinya, melakukan sortasi buah matang, dan sortasi buah rusak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun