Mohon tunggu...
Dzikri NurFauzi
Dzikri NurFauzi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia

Mahasiswa Pendidikan Sejarah

Selanjutnya

Tutup

Trip

Minat Pengunjung terhadap Cagar Budaya Lawang Sewu

27 Desember 2022   21:33 Diperbarui: 27 Desember 2022   21:40 841
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Travel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Rekreasi dan hiburan pada dasarnya merupakan kebutuhan manusia yang sangat penting. Meskipun rekreasi dan hiburan termasuk kebutuhan sekunder, namun kegiatan ini sangat membantu sesorang untuk melupakan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari– hari. 

Rutinitas harian yang padat tentu membutuhkan konsentrasi yang tinggi sehingga seseorang akan mudah jenuh dan membutuhkan rekreasi dan hiburan untuk dapat menyegarkan kembali jasmani dan rohani. Sektor pariwisata merupakan sektor ekonomi penting di Indonesia. 

Pada tahun 2009, pariwisata menempati urutan ketiga dalam hal penerimaan devisa setelah komoditi minyak dan gas bumi serta minyak kelapa sawit (Parekraf, 2014). Ditambah lagi data pada tahun 2010, jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia sebesar 7 juta orang lebih atau tumbuh sebesar 10,74% dibandingkan tahun sebelumnya. Salah satu bentuk kegiatan rekreasi ialah mengunjungi tempat bersejarah dan gedung cagar budaya sebagai destinasi wisata. 

Cagar budaya gedung Lawang Sewu di Semarang merupakan salah satu lokasi destinasi yang cukup memiliki daya tarik untuk dikunjungi oleh pengunjung lokal maupun mancanegara.

Cagar budaya gedung Lawang Sewu merupakan bangunan bersejarah yang dibangun oleh pemerintahan kolonial Belanda. Gedung tesebut pada awalnya dibangun sebagai Kantor Pusat Perusahaan Kereta Api (Kompas, 2013). Trip advisor (2015) merilis Cagar Budaya Gedung Lawang Sewu merupakan urutan pertama objek wisata bangunan yang dapat dikunjungi di kota Semarang. 

Untuk mengantar pengujung mengelilingi Gedung, pihak pengelola menyediakan sarana pemandu wisata. Para pemandu wisata akan mengantar pengunjung berjalan-jalan ke dalam gedung untuk melihat langsung kantor Kereta Api pertama di Indonesia dan berbagai lokasi yang sering dijadikan lokasi pembuatan film sembari mendengarkan sejarah panjang Lawang Sewu dari pemandu wisata. Pemandu yang disediakan pihak pengunjung ini bertujuan memberikan kemudahan informasi dan kenyamanan. 

Dengan adanya rasa nyaman pada diri pengunjung diharapkan mampu meningkatkan kepuasan dan menimbulkan minat untuk berkunjung kembali di lain waktu. Cagar Budaya Gedung Lawang Sewu sendiri kerap ramai dengan pengujung pada saat liburan dan di bulan-bulan antara Juli hingga Desember.

Minat pengunjung terhadap cagar budaya Lawang Sewu ini dapat ditentukan melalui variabel-variabel yang menjadi ciri khas serta daya tarik Lawang Sewu bagi pengunjung. Variabel- variabel yang menjadi daya tarik wisatawan, diantaranya:

  • Daya tarik pengunjung terhadap arsiktektur bangunan: Bentuk bangunan maupun arsitektur yang ditampilkan oleh Lawang Sewu ini adalah bangunan bergaya sejarah, di mana Lawang Sewu ini adalah bangunan peninggalan sejarah yang menjadi salah satu daya tarik pengunjung. Bangunan bersejarah ini tentunya menjadi hal yang utama mengapa Lawang Sewu ini tetap eksis menjadi objek kunjungan turis lokal maupun mancanegara. Lawang Sewu ini terus dari tahun ke tahun melakukan perbaikan untuk mempertahankan originalitas kondisi bangunan serta mempercantik baik itu kondisi di dalam maupun di luar cagar budaya Lawang Sewu.

  • Daya tarik pengunjung melalui pengembangan pengelolaan cagar budaya Lawang Sewu: Tentunya pengembangan pengelolaan cagar budaya Lawang Sewu ini dapat menjadi daya tarik pengunjung. Ketika pengunjung ingin masuk ke dalam, pengunjung diwajibkan membeli terlebih dahulu tiket masuk berupa tiket fisik, setelah mendapatkan tiket fisik tersebut pengunjung diarahkan untuk menscan QR Code yang tertera di tiket fisik tadi. Fungsi utama dari pengembangan tiket yang dikembangkan oleh cagar budaya Lawang Sewu ini sebetulnya sudah cukup baik, namun untuk ke depan dapat lebih ditingkatkan lagi agar tiket yang disediakan itu tidak lagi berupa tiket fisik akan tetapi tiket yang digunakan sudah menggunakan teknologi (by phone). Manfaat dihilangkannya tiket fisik adalah dapat mengurangi limbah yang ditimbulkan akibat penumpukan sampah tiket fisik pengunjung yang datang ke cagar budaya Lawang Sewu.

  • Daya tarik pengunjung melalui kualitas pelayanan edukator: Daya tarik yang dapat meningkatkan minat pengunjung adalah dengan edukator yang dapat menjelaskan segala aspek yang berkaitan mengenai cagar budaya Lawang Sewu ini. Tentunya banyak pengunjung dari kalangan pelajar yang ingin mengetahui lebih dalam mengenai cagar budaya Lawang Sewu ini. Oleh karenanya sangat penting untuk edukator dapat menjelaskan segala rinci serta tetunya dapat mengedukasi pengunjung melalui penjelasan mengenai cagar budaya Lawang Sewu.

Variabel-variabel di atas adalah sebagian kecil daya tarik yang dihasilkan oleh cagar budaya Lawang Sewu untuk menarik minat pengunjung. Menurut data yang pernah dirilis, minat pengunjung terhadap objek Lawang Sewu ini pernah mengalami penurunan yang cukup signifikan. Itu dikarenakan dampak yang ditimbulkan oleh pembatasan sosial pada masa pandemi yang mana pemerintah mengeluarkan himbauan agar masyarakat tetap diam di rumah dan tidak diperbolehkan untuk berkunjung ke berbagai objek wisata salah satunya cagar budaya Lawang Sewu. 

Akan tetapi dengan larangan masyarakat untuk berkunjung ke cagar budaya Lawang Sewu ini ada hikmah yang dapat diambil, salah satunya yaitu pihak pengelola Lawang Sewu ini dapat melakukan perbaikan (revitalisasi) tanpa terganggu oleh pengunjung yang datang ke cagar budaya Lawag Sewu ini.

Setelah melewati masa-masa pandemi, seiring berjalannya waktu pemerintah terus menyesuaikan dengan kondisi yang ada, kondisi bumi yang sedang transisi dari pandemi ke normal kembali dan kondisi minat pengunjung yang semakin hari semakin meningkat dengan presentase peningkatannya menyentuh 200% pengunjung yang datang terhitung dari awal tahun 2022, peningkatan tersebut diakibatkan karena 2 tahun berdiam di rumah tanpa bisa berkunjung kemana- mana. Euforia minat pengunjung tadi di respon dengan baik oleh pemerintah sehingga objek wisata dapat kembali hidup dan dari respon tersebut berdampak baik bagi pihak pengelola serta masyarakat yang ada di sekitar cagar budaya Lawang Sewu baik itu dari aspek pariwisata daerah maupun dari aspek ekonomi masyarakat khususnya masyarakat sekitar cagar budaya Lawang Sewu.

Menurut data dari website: semarangsekarang.com jumlah pengunjung yang datang ke cagar budaya Lawang Sewu mengalami peningkatan, M. Ilud Siregar (Humas PT Kereta Api Pariwisata) menyampaikan bahwa kunjungan ke Lawang Sewu mengalami peningkatan dengan perbandingan data di tahun 2021 dan 2022 mengalami peningkatan hingga 200%. Bulan Januari tahun 2021 pengunjung yang datang mencapai 20.781 orang dan bulan Januari tahun 2022 pengunjung yang datang mencapai 70.063 orang. Pada perayaan tahun baru Imlek 2021 penjung yang datang hanya mencapai 765 orang sedangkan pada perayaan tahun baru Imlek 2022 pengunjung yang datang mencapai 2.895 orang.

Sumber Bacaan:

Darmawan, F., Mellina, N., Mbulu, Y. P. (2018). Analisis Lawang Sewu sebagai Destinasi Dark Tourism Terhadap Pengalaman Wisatawan Nusantara (Studi Kasus bangunan Bersejarah Lawang Sewu). Fakultas Pariwisata, Universitas Pancasila Jakarta.

Sopyan. (2015). Analisis Pengaruh Daya Tarik Wisata dan Kualitas Pelayanan Terhadap Minat Berkunjung Ulang Pengunjung dengan Kepuasan Pengunjung Sebagai Variabel Intervening (Studi pada Cagar Budaya Gedung Lawang Sewu). Skripsi S1 Program Sarjana Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro.

Virtarini, A., Ngatno. (2020). Pengaruh Electronic Word of Mouth Dan Electronic Service Quality Pada Akun Instagram @Exploresemarang Terhadap Keputusan Berkunjung Melalui Minat Berkunjung Sebagai Variabel Mediasi (Studi Pada Pengunjung Tempat Wisata Lawang Sewu, Sam Poo Kong Dan Masjid Agung Jawa Tengah). Administrasi Bisnis, Universitas Diponegoro.

Wulansari, A. D. (2016). Kapasitas Kelembagaan dalam Pengembangan Wisata Lawang Sewu (Studi Kasus: UPT Bangunan Permuseuman PT KAI (Persero) di Lawang Sewu). Skripsi S1 Ilmu Administrasi Negara (Manajemen dan Kebijakan Publik), Universitas Gadjah Mada.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun