Mohon tunggu...
Dzaki AbanMudzaffar
Dzaki AbanMudzaffar Mohon Tunggu... IPB University

suka ngerawat tanman dan hewan

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Dari Laboratorium ke Ajang Kompetisi: Perjalanan Mahasiswa Analisis Kimia Mencari Solusi Ramah Lingkungan

23 September 2025   09:16 Diperbarui: 23 September 2025   09:16 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Menjalani perkuliahan di bidang Analisis Kimia tidak hanya berkutat pada teori reaksi atau hafalan instrumen. Justru di sinilah saya belajar bahwa bangku kuliah adalah titik awal untuk mengasah diri, menemukan arah, dan menyiapkan kontribusi nyata bagi masyarakat. Setiap semester membawa pengalaman baru: dari praktikum di laboratorium, turun langsung ke lapangan, hingga mencoba menuangkan ide dalam berbagai lomba.

Salah satu topik yang paling membuka mata saya adalah soal pestisida. Angka penggunaan pestisida di dunia kian meningkat---menurut data FAO, lebih dari 3,7 juta ton bahan aktif pestisida digunakan pada tahun 2023. Angka ini memang menunjukkan intensitas pertanian global, namun juga menimbulkan masalah serius bagi kesehatan manusia dan kelestarian lingkungan. Dari situlah saya mulai tertarik menggali biopestisida, yaitu pestisida alami yang bersumber dari makhluk hidup (Giovani et al. 2023).

Mempelajari jurnal ilmiah memberi saya wawasan baru. Misalnya, bakteri Bacillus thuringiensis terbukti efektif membunuh larva hama tertentu tanpa mengganggu organisme lain (Kumar et al., 2021). Ada juga penelitian yang menyoroti ekstrak daun nimba, temulawak, hingga babadotan sebagai bahan alami untuk menekan pertumbuhan serangga maupun jamur tanaman. Ternyata, solusi ramah lingkungan bisa datang dari kearifan lokal yang selama ini dianggap remeh.

Perjalanan ini semakin nyata ketika saya berkesempatan magang di PT Australian Laboratory Services. Di sana, saya tidak hanya berhadapan dengan teori, tetapi juga dengan instrumen canggih seperti ICP-MS, HPLC, dan GC-MS dan lain lain. Instrumen yang dulu hanya ada di buku teks dan jurnal jurnal, kini menjadi alat untuk mengukur kandungan logam berat, residu pestisida, dan kualitas air yang bisa bersentuhan langsung dengan tangan sendiri. Magang ini melatih saya untuk lebih teliti, disiplin, dan sadar bahwa hasil analisis bukan sekadar angka---tetapi bisa berdampak bagi keputusan lingkungan dan kesehatan masyarakat.

Di luar kegiatan akademik, saya mencoba menguji diri lewat berbagai kompetisi ilmiah. Bersama tim, saya mengikuti perlombaan ilmiah tingkat regional, saya mengembangkan ide biopestisida berbasis mikroemulsi. Prinsipnya, mikroemulsi bisa membuat formulasi cair lebih stabil dan mudah diaplikasikan petani. Dari lomba ini saya belajar bahwa ilmu dasar seperti kimia fisik dan teknologi formulasi bisa menjelma menjadi solusi praktis.

Saya juga mengikuti Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) tentang biopestisida. Menulis untuk lomba ini menuntut saya menggali literatur, merangkai gagasan, hingga menyampaikan ide dalam bahasa yang runtut dan persuasif. Ternyata, menulis bukan hanya soal menyusun kata, melainkan juga melatih cara berpikir logis dan kemampuan menyampaikan gagasan kepada khalayak luas.

Tidak berhenti di situ, saya juga sempat mengikuti Lomba Riset Sawit yang diadakan oleh BPDPKS. Fokus saya adalah memanfaatkan limbah sawit, khususnya tandan kosong kelapa sawit (TKKS), untuk menghasilkan nanosilika dan hidrogel selulosa. Bahan ini berpotensi dikembangkan menjadi komponen biosensor pestisida. Pengalaman ini memperlihatkan bahwa penelitian bukan hanya untuk jurnal akademik, tetapi juga bisa selaras dengan kebutuhan industri dan kebijakan nasional.

Rangkaian pengalaman tersebut membuat saya menyadari satu hal penting: pengembangan diri tidak hanya lahir dari kelas atau laboratorium, tetapi juga dari keberanian untuk mencoba hal-hal baru. Mulai dari praktikum, magang, hingga kompetisi, semua membentuk cara pandang bahwa sains harus berakar pada persoalan nyata di masyarakat.

Ke depannya, saya ingin terus melanjutkan penelitian di bidang lingkungan, terutama pengolahan limbah domestik dan pemanfaatan biomassa menjadi produk yang bermanfaat. Saya percaya, ilmu kimia bisa menjadi jembatan antara sains dan keberlanjutan. Dengan begitu, apa yang dipelajari di kampus tidak berhenti sebagai teori, tetapi menjadi langkah kecil menuju solusi besar bagi lingkungan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun