Mohon tunggu...
Dahlia Yustina
Dahlia Yustina Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

simple - ada di : http://www.pondokdumeliadytna.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Rahasia Kecil Bapak Tjiptadinata Effendi

20 Mei 2016   10:11 Diperbarui: 20 Mei 2016   10:31 540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Saya mulai mengenal kompasiana sejak pertengahan tahun 2013,itu terjadi secara tidak sengaja.sejak saat itu saya merasakan benar-benar jatuh cinta pada kompasiana . setelah berbulan-bulan menjadi silent rider akhirnya saya tidak bisa lagi menahan diri , saya memutuskan untuk bergabung dengan kompasiana pada april 2014. Dan artikel pertama yang saya baca waktu pertama kenal kompasiana adalah tulisan dari seorang bapak, yaitu bapak tjiptadinata effendi, yang dikemudian hari saya sebut bapak tjipta.

Kemudian setelah resmi bergabung, orang pertama yang saya klik untuk permintaan pertemanan adalah pak tjipta, respon nya tak terduga ternyata cepat sekali beliau mengconfirm permintaan saya, walaupun sebenarnya saat menjadi silent rider hampir setiap hari saya buka kompasiana dan artikel yang tak pernah saya tinggalkan adalah tulisan-tulisan dari pak tjipta, bahkan banyak dari tulisan-tulisan pak tjipta saya share untuk kemudian suatu saat bisa saya buka kembali dengan mudah.

Entah mengapa  tulisan pak tjipta benar-benar merasuk kedalam jiwa dan pikiran saya, walaupun sebenarnya tulisan pak tjipta itu terkesan menggunakan bahasa yang sangat sederhana, tapi bagi saya yang seperti inilah yang lebih mengena karena mudah dimengerti dan mudah dicerna.

Sejak menjalin pertemanan di kompasiana, kami lebih sering berkomunikasi walaupun cuma lewat komentar-komentar ditulisan masing-masing, kesan pertama saya terhadap pak tjipta, beliau adalah orang yang sangat kebapak-an dan ramah pada siapa saja, ini terbukti dengan seringnya beliau mengunjungi tulisan-tulisan para kompasianer.

Tetapi walaupun beliau orang yang ramah, beliau bisa menempatkan diri pada porsi yang sebenarnya, beliau tidak asal komentar, beliau juga tidak ikut-ikutan arah angin di kompasiana yang kadang bertiup kekiri, kadang-kadang juga bertiup kekanan. Dan yang lebih salut lagi disaat orang-orang sibuk membicarakan politik, beliau dengan tegas menyatakan untuk tidak ikut-ikutan menulis politik.

Jika saya telaah, baik itu dari profil atau dari tulisan-tulisan beliau. Bapak tipta mengingatkan saya pada sosok almarhum ayah saya yang meninggal saat lebaran tahun lalu, ada beberapa persamaan antara Pak tjipta dan Ayah, yaitu sifat Kebapak-an dan mengayomi walaupun secara usia saat meninggal ayah saya berusia 75 tahun, jadi ayah saya lebih tua sedikit dari pak tjipta dan saya pikir tidak salah kalau saya memanggil beliau dengan sebutan bapak. Dan ayah saya sangat senang saat beberapa bulan sebelum beliau meninggal saya berikan salah satu buku 'Beranda Rasa' kiriman dari bapak Thamrin Sonatha yang merupakan buku kumpulan tulisan-tulisan bapak tjipta.


Pada dasarnya ayah saya juga gemar sekali membaca sampai akhir hidupnya,kegemaran membaca saya sudah jelas mungkin diturunkan oleh ayah dan ibu saya yang tidak bisa lepas dari bacaan walaupun sudah lansia. ayah memuji tulisan pak tjipta yang ada dibuku 'Beranda Rasa', menurut ayah buku ini sarat makna yang patut dipetik pelajaran didalamnya. Saya ceritakan ke ayah bahwa saya mengenal penulisnya walaupun cuma lewat media sosial.

*****

Memang betul jika menelusuri secara keseluruhan tulisan-tulisan dari bapak Tjiptadinata Effendi, bukan cuma karena bahasa nya yang mudah dimengerti dan dicerna tetapi ada sesuatu yang lebih dari pada itu, 'sesuatu' yang jika dijabarkan secara step by step ada pelajaran berharga didalamnya.

Satu persatu pengalaman hidup beliau uraikan, meskipun beliau sudah lansia tapi tak bosan-bosannya memberikan tulisan yang penuh warna berdasarkan pengalan-pengalaman yang beliau alami dari sejak muda, saat baru membina rumah tangga dengan Bunda Rose hingga sekarang saat beliau tersenyum penuh kebahagiaan menikmati hari tuanya bersama keluarga.

Pengalaman hidup yang beliau jabarkan dalam tulisannya sungguh pengalaman yang penuh warna, baik kejadian-kejadian yang begitu dramatis, tentang kesabarannya, tentang kegigihannya , tentang beliau yang tidak pernah menyerah dan tentang bagaimana sikap beliau terhadap lingkungan disekitarnya terutama orang-orang yang pernah menyakitinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun