Mohon tunggu...
Dita Silvi Antika
Dita Silvi Antika Mohon Tunggu... -

Mahasiswa UIN Maliki Malang jurusan Psikologi dan Tutor Matematika di LBB Gold Generation\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Seberapa Logis dan Rasional Keputusan yang Otak Kita Ambil?

15 November 2014   19:10 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:44 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Untuk beberapa orang, Psikologi Kognitif adalah ilmu tentang berpikir dan pemikiran dapat dikatakan sebagai mahkota kognitif. Berpikir itu sendiri adalah proses yang membentuk representasi mental baru melalui transformasi informasi oleh interaksi kompleks dari atribusi mental yang mencakup pertimbangan, pengabstrakan, penalaran, penggambaran, pemecahan masalah logis, pembentukan konsep, kreativitas dan kecerdasan.

Pembentukan konsep berhubungan dengan pengasahan sifat-sifat yang sesuai dengan kelas objek atau ide. Saya telah membahas topik pembentukan konsep yang berhubungan dengan bentuk visual dan prototipe dan satuan semantik dalam artikel saya sebelumnya. Bagaian yang lebih saya tekankan pada artikel saya selanjutnya adalah menspesifikasikan komponen atau ciri-ciri dari konsep dan bagaimana konsep terstruktur dalam jaringan semantik. Dalam artikel ini, topik mengenai ciri-ciri juga akan saya bahas, tetapi saya akan berkonsentrasi dengan aturan yang berhubungan dengan ciri konseptual. Contohnya,kita semua telah belajar konsep cankir kopi dengan mengidentifikasi sifat klasiknya (misalnya pegangan) yang membedakannya dengan anggota kelas umum lainnya dari cangkir keramik, atau kita telah belajar tentang sifat dari konsep yang lebih abstrak keadilan (misalnya: kebenaran, moral, keseimbangan) yang membedakannya dari kualitas manusia lainnya. Dalam hal ini “aturan” yang menghubungkan ciri-ciri dan fungsi yang telah terasosiasi dengannya.

Definisi awal konsep itu sendiri adalah penggambaran mental, ide, atau proses. Konsep dapat didefinisikan melalui ciri-cirinya. Ciri-ciri seperti yang telah digunakan di sisni adalah karakteristik suatu objek atau kejadian yang juga merupakan karakteristik objek atau kejadian lain.

Selanjutnya adalah logika. Logika selalu berhubungan dengan berpikir. Sedangkan berpikir itu sendiri adalah proses umum untuk menentukan sebuah isu dalam pikiran. Dan logika itu sendiri adalah ilmu berpikir. Walaupun dua orang dapat berpikir tentang hal yang sama, kesimpulan mereka- keduanya diraih melalui pemikiran, mungkin akan berbeda, yang satu mungkin akan logis dan yang satunya lagi tidak logis.

Berpikir dan logika telah menjadi subjek spekulasi untuk waktuyang lama. Lebih dari 2000 tahun lau Aristoteles memperkenakan suatu sistem penalaran atau validasi argumen yang kita sebut Silogisme. Sebuah silogisme mempunyai 3 langkah, sebuah premis mayor, premis minnor dan konklusi.

Ada sebuah kalimat yang tidak dikenal siapa yang membuat kata-kata tersebut akan tetapi kata-kata tersebut ada kaitannya dengan yang akan dibahas berikut. “ jangan membingungkanku dengan fakta-fakta; aku sudah mengambil keputusan”.

Pengambilan keputusan dalam kehidupan nyata. Andai saja dunia ini sama masuk akalnya dengan logika rasional Socrates, kita mungkin akan maratap, semua masalah kita akan menghilang. Kita mungkin akan berargumen panas dengan orang lain dan berkata, “yang benar saja!” (dengan ini tentu saja, kita mungkin betul-betul serius mengatakan “setujui pendapatku- tidak perlu memikirkan logika dan fakta.”) karena tidak semua argumen bisa disudahi secara objektif, mungkin saja untuk menguraikan kalimat pertentangan verbal sehingga paling tidak kita bisa menganalisa komponen-komponen perselisihan dengan lebih baik.

Beberapa penyebab yang membuat orang-orang gagal dalam analisi logis;  Buah pikiran yang keliru dari reifikasi (artinya menganggap bahwa ide itu nyata ketika sebenarnya ide itu bersifat hipotetis dan metafora), Argumen Ad Hominem (argumen-argumen yang menyerang karakter seseorang dan bukan isi argumennya). Argumen yang menggunakan paksaan dan kekuatan, menggunakan kekuatan dan ketenaran, Argumen mayoritas pasti benar, Argumen manusia jerami (membangun suatu argumen yang lemah dan menghubungkannya dengan orang lain sehingga kita bisa menyalahkannya).

Kerangka keputusan adalah konsepsi tindakan, hasil keluaran, serta kontigensi pembuat keputusan yang diasosiasikan dengan pilihan-pilihan tertentu. Sebuah kerangka diadopsi oleh seseorang saat akan membuat keputusan, dikendalikan oleh formulasi masalah serta norma, kebiasaan, dan karakteristik personal dari individu tersebut.

Pembahasan terakhir dalam artikel ini adalah pembuatan keputusan dan Rasional. Pernahkah anda berpikir bahwa keputusan kita sudah rasional atau tidak.  Dan seberapa rasional keputusan yang telah kita ambil? Nampaknya mempresentasikan manusia sebagai makhluk yang palig rasioanal. Seluruh makhluk hidup membentuk konsep menggunakan ketentuan rasional. Pada pembahasan pemikiran silogisme, kita belajar bahwa validitas sebuah argumen dapat ditentukan oleh ketentuan llogis, bahkan jika kita dikelabui oleh salah satu dari struktur atau isi dari argumen yang salah. Akhirnya, menurut pembahasan pengambilan keputusan, kita belajar bahwa kaum manusia yang “rasional” pada umumnya bertindak irasional ketika mengambil keputusan tentang sekumpulan kejadian yang besar.

Daftar Pustaka : Solso, R.L., dkk. (2008). Psikologi Kognitif. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun