Menurut Puan penyebaran virus Covid-19 ini bagaikan mata rantai, bila masih ada satu yang sakit, maka kesehatan masyarakat secara luas masih terancam. Namun, bila kekebalan komunal dan kesehatan masyarakat telah dalam kompak terbangun kuat, maka kondisi prima pun dapat dicapai bersama.
Kepercayaan masyarakat terhadap perkembangan informasi tentang Covid-19 ini sangat penting agar tidak ada dari mereka yang melenceng dari aturan untuk menghentikan pencegahan virus itu sendiri. Dalam artian, mereka yang tidak percaya akan penyebaran virus corona ini bisa saja mangkir dari pengobatan saat terpapar virus. Dia pun dengan mudah akan menyebarkan kondisinya pada komunitas yang lebih luas.
Ketidakpercayaan akan Covid-19 ini turut pula mempengaruhi berjalannya program percepatan vaksinasi di Indonesia. "Bagaimana mau berangkat vaksin, bila merasa penyakit ini timbul karena 'dicovidkan', bukan benar-benar sedang terjadi di tengah kita," ujar Puan.
Lembaga Survei Indonesia (LSI) mencatat data sekitar 26,4 persen masyarakat tidak bersedia divaksin. Alasannya, banyak dari mereka menganggap bahwa vaksin tidak efektif serta merasa bahwa tubuhnya sehat dan tidak mau menerima suntikan vaksin.
Rasa tidak percaya di tengah masyarakat turut menjadi halangan dalam keikutsertaan mereka. Padahal, vaksinasi ini merupakan program integral dalam mencapai herd immunity dan membawa Indonesia keluar dari pandemi.
"Tantangan kita dalam usaha penanganan pandemi ini memang juga harus mengutamakan pemberian informasi serta edukasi untuk masyarakat. Pemahaman yang baik akan memunculkan pengertian tentang pentingnya menegakkan aturan dan menjaga satu sama lain. Maka, pemberian informasi dan edukasi ini juga harus menjadi program utama bagi pemerintah lewat Kemenkes atau Satgas Covid-19," kata Puan.