Mohon tunggu...
Dyla Aulya
Dyla Aulya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Public Relations Universitas Al Azhar Indonesia
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Always do my best to get the best!

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Puan Maharani Meminta Kemenkes dan Satgas Covid-19 Luruskan Kesalahpahaman Istilah Dicovidkan

26 Juli 2021   19:05 Diperbarui: 26 Juli 2021   19:18 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Di tengah pandemi pada saat ini, masyarakat membutuhkan edukasi untuk membangun pemahaman mengenai virus Covid-19. Kurangnya pemahaman masyarakat dapat menimbulkan kesalahpahaman, salah satunya yaitu timbul istilah 'dicovidkan'. Puan Maharani meminta Kementerian Kesehatan bekerja sama dengan Satgas Covid-19 untuk segera meluruskan istilah tersebut.

Istilah 'dicovidkan' adalah sebuah tuduhan terhadap rumah sakit atau pihak tenaga kesehatan yang memberikan diagnosis pasien terpapar virus corona karena motif tertentu.

Dalam keterangan persnya pada Selasa (27/7/2021), Puan menyatakan bahwa istilah tersebut timbul karena adanya sikap skeptis yang dilatarbelakangi oleh kesalahpahaman tentang Covid-19. Hal ini juga menunjukkan kurangnya pemahaman masyarakat tentang virus Covid-19 itu sendiri sehingga menimbulkan prasangka buruk.

"Kementerian Kesehatan serta Satgas Covid-19 secepatnya melawan praduga negatif yang terbangun di tengah masyarakat dengan membangun komunikasi publik yang baik dan lebih banyak menggencarkan edukasi tentang Covid-19," kata Puan.

Kesalahpahaman tentang 'dicovidkan' ini telah memunculkan berbagai teori yang mengandung hoaks sehingga mengikis rasa percaya masyarakat terhadap petugas kesehatan. "Segera berikan paparan tentang perkembangan kasus Covid-19 di tengah masyarakat dengan bahasa yang edukatif dan mudah dipahami," kata alumni Universitas Indonesia itu.

"Masyarakat yang masih tidak percaya dengan Covid-19 itu perlu dirangkul, diayomi, dan diberikan pengertian berdasarkan penelitian sains serta data terkini. Jangan ditinggalkan atau diberikan stigma negatif. Karena penolakan itu biasanya dilandaskan karena ketidakpahaman atau ketidaktahuan," kata Politisi PDI Perjuangan.

Langkah untuk mengedukasi warga bisa diambil dengan memanfaatkan kerja sama dengan media atau tokoh-tokoh berpengaruh di tengah masyarakat. Media digital sebagai salah satu media yang menjadi konsumsi publik paling besar juga harus dimanfaatkan secara optimal.

Ciptakan sistem layanan pelanggan yang mudah diakses. Sesuaikan juga pemetaan sebaran informasi ini sesuai dengan persebaran isu negatif di masyarakat. Jika rata-rata hoaks banyak dipercaya oleh orang tua, maka gencarkan informasi lewat platform WhatsApp atau Facebook yang secara umum memang banyak digunakan oleh masyarakat dengan rentang usia tersebut.

"Komunikasi publik harus jelas tujuan dan skema pemaparannya," ucap Puan.

Puan juga meminta bantuan sesama masyarakat untuk melawan persepsi negatif tentang 'dicovidkan' ini. Bangun persatuan dalam melawan hoaks, karena seharusnya peran warga menjadi dominan untuk saling meluruskan kabar yang tidak bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya.

"Dalam masa seperti ini, kita tidak boleh dipecah belah, apalagi oleh prasangka dan hoaks yang tidak berdasar," kata Puan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun