Mohon tunggu...
Dyah Woro Untari
Dyah Woro Untari Mohon Tunggu... Dosen - Dyah Woro Untari

masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pasar Tani ala Petani Cabai

18 Desember 2019   18:00 Diperbarui: 19 Desember 2019   01:29 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sebuah peternakan sapi perah yang menyuplai salah satu perusahaan susu terbesar di Belanda (dokpri)

Gerakan petani untuk pemasaran produk pertanian menjadi hal yang sangat esensial. Dikarenakan kemunculannya merupakan bentuk reaksi kecerdasan dari keadaan yang dihadapi.

Pengorganisasian diri
Masih tentang gerakan petani, jika kita bicara tentang pengorganosasian diri, Elinor  Ostrom, penerima nobel ekonomi tahun 2009, mengawali karirnya di bidang ilmu politik dengan melakukan penelitian PhD-nya yang menyoroti urgensi pengaturan sumber daya air di California tahun 1960an (Wilson, 2016).

Pada waktu itu, tak ada yang mengatur masalah penggunaan air minum. Setiap orang boleh membuat sumur dan mengonsumsi airnya.

Lama-kelamaan terjadi kemerosotan jumlah cadangan air dikarenakan tak ada yang meregulasi. Hingga akhirnya orang-orang membentuk peraturan sendiri dan memberlakukan sanksi bagi pelanggarnya.

Rupanya konsep analisis dan pengembangan kelembagaan (Institutional Analysis and Development) Ostrom menjadi dalil yang mendasari kegiatan regulasi yang terorganisasi secara mandiri. Seperti halnya pasar tani.

Kehadirannya di Indonesia
Kelembagaan pasar tradisional menjadi contoh yang paling dekat. Pembeli dan penjual mengembangkan kesepakatan akan kualitas, kuantitas dan melakukan transaksi hasil pertanian.


Akan tetapi, menghadapi persaingan pertanian skala kecil dengan industri, sebagian petani cabai di Yogyakarta menjawabnya dengan mengorganisasi kelembagaan pemasaran secara mandiri dengan sistem lelang yang terorganisasi secara mandiri (Supriyanto et.al., 2012). Terjadi revolusi pasar tani di pasar tradisional menjadi sistem pasar lelang.

Fenomena ini sudah berkembang sejak 2003 dan seiring dengan semakin terlatihnya petani dalam menjaga kualitas produk dan membangun network dengan pedagang, kegiatan pasar lelang semakin berkembang.

Memang lebih ditemui petani yang menciptakan iklim kondusif penjualan produknya. Pertama, karena mereka adalah pelaku utama yang memiliki pengetahuan selera konsumen. Kedua, petani menghendaki adanya sistem penjualan yang menguntungkan dari segi harga.

Dan ketiga, dengan perkembangan pertanian yang semakin terindustrialisasi dan berskala menengah dan besar, para petani kecil harus bertahan. Keep fighting and carry on.

Pasar lelang petani cabai di Yogyakarta. dokpri
Pasar lelang petani cabai di Yogyakarta. dokpri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun