Mohon tunggu...
Sucahyo AdiSwasono@PTS_team
Sucahyo AdiSwasono@PTS_team Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bakul Es :
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pegiat Komunitas Penegak Tatanan Seimbang (PTS); Call Center: 0856 172 7474

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jhon-Paneri: Dalam Bayang-Bayang Mitos (Bagian 2)

21 April 2023   07:48 Diperbarui: 21 April 2023   12:59 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: shutterstock.com

Secara leksikal, makna kamus standar bahasa nasional kita, arti kata "mitos", salah satunya adalah cerita suatu bangsa tentang dewa dan pahlawan zaman dahulu, mengandung penafsiran tentang asal-usul semesta alam, manusia, dan bangsa tersebut, mengandung arti mendalam yang diungkapkan dengan cara gaib. Begitu, kata Si Jhon kepada Si Paneri, memulai perbincangannya dalam jagongan kali ini ...

"Sampeyan bisa lakukan checking di KBBI, makna mitos itu sendiri, kawan Paneri. Gampang, toch? Wong, sekarang ini sudah gak sulit mendapatkannya dengan memanfaatkan kamus online," kata Si Jhon.  

"OK, kawan. Akan ayas tindaklanjuti saran sampeyan agar segala perbincangan kita ini selalu pada garis-garis besar haluan yang objektif ilmiah, bernas, dan terhindar dari asal nggedobos belaka, hehehe ..." tukas Si Paneri dalam nada kelakar agar tak tegang, apalagi terkesan bersitegang dalam hal bercengkerama, berjagongan dengan Si Jhon.

"Siip, kawan Paneri, masuk itu!" timpal Si Jhon mengamini tanpa basa-basi yang berbau terasi.

"Nah, kalau begitu topik jagongan kita kali ini adalah antara mitos dan sikap ilmiah yang menyandarkan pada logika rasional atau akal sehat bin waras. Mumpung bulan Ramadhan sudah jelang akhir, bagaimana kalau kita perbincangkan tentang penetapan Idhul Fitri yang dipatok 1 Syawal, dan acapkali terjadi perselisihan, ribut dalam penetapannya?" usul Si Paneri, mencoba menarik benang merah topik perbincangan tentang antara mitos dan sikap ilmiah atas dasar logika rasional yang realistis dan tak terbantahkan menurut kapasitas dan kapabilitas pikiran common sense manusia sebagai ciptaan Tuhan Semesta Alam.

"Oke. Perselisihan atau perbedaan tersebut dipicu oleh dua kubu dengan dasar argumentasi masing-masing. Satu pihak merujuk pada rukyatul hilal, pihak berikutnya merujuk pada hisab. Si penggagung rukyatul hilal mengatakan bahwa dalam hal menetapkan awal bulan, yakni 1 Ramadhan maupun 1 Syawal, adalah harus benar-benar melakukan pengamatan hilal secara langsung. Sedangkan si pengagung hisab, menyatakan cukup dengan menggunakan metoda perhitungan matematis-astronomis, tanpa harus benar-benar mengamati hilal," kupas Si Jhon. 

"Lalu, apa pengertian hilal dan hisab itu, Jhon?" tanya Si Paneri.

"Rukyatul hilal, adalah aktivitas mengamati penampakan Bulan Sabit yang kali pertama tampak setelah terjadinya ijtimak atau konjungsi. Yakni, pada waktu posisi Bulan di ufuk barat, dan Bulan terbenam sesaat setelah terbenamnya Matahari. Apabila hilal terlihat, maka pada petang (Maghrib) waktu setempat, telah memasuki tanggal 1. Sedangkan hisab secara harfiah adalah perhitungan, yang secara matematis dan astronomis untuk menentukan posisi Bulan dalam menentukan bulan pada kalender Hijriah (Qamariyah). Karena kalender Hijriah itu didasarkan pada peredaran Bulan selama 12 bulan atau 1 tahun, yang menandai pengaruh Bulan terhadap Bumi. Sebaliknya, kalender Masehi atau Syamsiah mengacu pada peredaran Bumi terhadap Matahari, sehingga menandai pengaruh Matahari terhadap kejadian-kejadian alam di Bumi. Itu pada prinsipnya, kawan Paneri," kata Si Jhon menjelaskan kepada Si Paneri.

"Jadi, simpulannya bagaimana, Jhon?" kembali Si Paneri bertanya agar benar-benar mudheng, dan tak gagal paham. 

"Simpulannya, mana yang semustinya dan seharusnya dijadikan tolok ukur dalam menetapkan awal bulan atau tanggal 1? Baik itu Ramadhan,  maupun Syawal? Ayo bepikir secara logis-rasional, hindarkan subjektivitas, apalagi tanpa dasar yang cenderung mengarah pada mitos, dan mengada-ada!" lanjut Si Jhon sembari merangsang Si Paneri untuk mendayagunakan nalar dan akal sehatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun