Mohon tunggu...
Sucahyo AdiSwasono@PTS_team
Sucahyo AdiSwasono@PTS_team Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bakul Es :
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pegiat Komunitas Penegak Tatanan Seimbang (PTS); Call Center: 0856 172 7474

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Back to Nature, Kembali ke Alam

17 November 2022   00:47 Diperbarui: 18 November 2022   17:35 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Mengonsumsi Lidah Buaya (Aloe Vera), dokpri.sas.kom

Kali ini saya mencoba berbagi pengalaman sebagai fakta realita di ranah kesehatan yang selalu akan bertalian erat dengan apa yang dinamakan penyakit, yang ansich saya alami sendiri, tanpa mendeskriditkan terhadap wilayah medikal dan farmakologi dalam hal menjawab persoalan di bidang kesehatan dan penyakit yang membudaya terhadap massal manusia hingga abad ini. 

Sekali lagi, tak ada motivasi secuilpun mendeskriditkannya. Justru, bila dipandang perlu dan dibolehjadikan, dapat dijadikan referensi studi banding saja. artinya, inilah wilayah medikal farmokologis dan inilah wilayah konsepsi Back to Nature yang menjadi pegangan saya atau juga selain saya.

Karena saya bukanlah satu-satunya manusia yang berpegang teguh terhadap konsepsi Bakck to Nature, Kembali ke Alam dalam menjawab persoalan penyakit, utamanya yang mendera diri saya sendiri. Dan, sudah seharusnyalah saya sadari dengan sepenuh-penuhnya kesadaran dan penanggapan dalam menjawab suatu persoalan.

Suatu ketika, tepatnya pada 14 Oktober 2022, saya mengalami demam tinggi, sekujur tubuh terasa lunglai, di setiap persendian tulang seperti akan "prethel" (copot) saja. Dibarengi pula dengan seditik batuk-batuk secara periodik, dimana batuk tersebut disertai semacam kesulitan untuk dikeluarkan dahaknya dari tenggorokan, mulut terasa pahit, enggan makan, dan bila diasupi makan ada rasa mau muntah (sempat muntah, sekali, di hari pertama). 

Analisis pikiran sementara saya saat itu, saya sedang terdera flue berat. Karena memang saat terdera penyakit yang mengusik kesehatan saya, tak gampang-gampang saya periksa ke dokter ataupun ke rumah sakit, hatta istri saya acapkali menyarankan untuk memeriksakan ke dokter, klinik medis ataupun ke rumah sakit yang dianggap paling berkompeten terhadap urusan penyakit.

Dengan santai bin rileks, saya tanggapi advis sang istri sesantun mungkin dalam kontek bahasa adab terhadap sang istri sebagai belahan jiwa, ibu atas anak-anak darah daging saya.

Baca juga: Pandemi Itu Delusi

"Sudahlah, bu, tak upayakan sendiri penyakitku ini. Kan, aku sendiri yang bisa merasakan sakit ini? Getar alarm isyarat sakitku ini, juga saya sendiri yang tahu dan bisa merasakannya?" begitulah saya menjawab advis sang istri.

"Ya, sudah. Toch, sampeyan sendiri lho yang menolak saranku? Koq, begitu bersikukuhnya sampeyan menolak untuk periksa ke dokter, setiap kali kusarankan saat sampeyan sedang sakit? Kalau sampeyan gak ada duit, sayalah yang mbayari, bagaimana?"

"Oh, bukan begitu sayangku, beri aku kesempatan untuk lakukan diagnosa sendiri, terapi sendiri dan mandiri atas sakitku ini berkoridorkan prinsip back to nature yang selama ini kugenggam, OK?"

"Ya, ya, ya ... Aku paham dengan folosofi sampeyan. Hanya sebagai istri, saya gak mentolo menyaksikan sampeyan yang sudah dua hari ini nglimprek, tak lakukan aktivitas apa-apa, kecuali hanya makan dan mandi ..."

       

Lantaran diagnosa mandiri saya berkesimpulan sementara bahwa saya sedang terdera flue berat, maka antisipasi yang saya tempuh  adalah:

>Makan minum yang cukup, terutama minum air hangat
>Mengonsumsi buah yang mengandung vitamin C (wedang jeruk nipis, misalnya)
>Istirahat yang cukup atau proporsional
>Meningkatkan durasi jemur matahari pada pagi hari yang sudah menjadi habit saya sehari-hari.

Hingga hitungan hari ke-5 sakit ini, koq belum beranjak sembuh signifikan? Sayapun mulai mengkaji ulang. Dan, pada hari ke-5 itulah, pada malam hari setelah terasupi "Bubur Ayam ala Kang Yungyun", pembelian adik ketika menjenguk saya, koq di bagian perut ada kesan sakit merambat ke ulu hati? 

Maka hipotesa atau hasil diagnosa saya yang pertama terhadap sakit saya ini, seketika saya patahkan, mengingat adanya gejala sakit yang saya rasakan di bagian perut (lambung). Beralihlah kesimpulan saya, yakni, boleh jadi, saya sedang terdera sakit gangguan lambung (maag, asam lambung dan sebangsanya). 

Maka setelah itu pula saya lakukan terapi dengan mengonsumsi Daging (jel) Lidah Buaya atau Aloe Vera, yang telah saya kaji dan telah meng-input alam pikiran saya.

Bahwa Aloe Vera, dagingnya dapat dimanfaatkan guna menerapi terhadap hal ihwal sakit yang berhubungan dengan lambung, termasuk ketika kita mengalami sakit mencret ataupun diare, dan itu sudah pernah saya lakukan dalam pembuktiannya terhadap anggota keluarga saya, kerabat, dan kawan-kawan saya yang menerima dan terapkan konsepsi Kembali ke Alam manakala mengalami sakit gangguan pada Lambung.

Alhamdulillah, Puji Tuhan Semesta Alam, atas izin-Mu semata, pada hari ke-enam, saya sudah merasakan sembuh, pulihnya kesehatan saya dari sakit gangguan lambung, meskipun pada hari ke enam itu belum 100% sembuh. Namun, saat ini, saya tak ada masalah dengan kesehatan saya dalam hal penyakit gangguan lambung dimaksud yang pernah saya alami sebelumnya.

Tak ada segala ciptaan Tuhan yang sia-sia dan percuma bagi kebutuhan hidup manusia untuk didayagunakan secara seimbang. Dan, hanya bagi yang mau berpikir dan berpikirlah yang akan memperoleh hikmah atas segala ciptaan-Nya ...

Sekian dan terima kasih. Salam Seimbang Indonesia_Nusantara ...  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun