Mohon tunggu...
Dyah Amara
Dyah Amara Mohon Tunggu... Lainnya - her

Currently still in college

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perempuan dan Gereja

14 Desember 2020   21:10 Diperbarui: 14 Desember 2020   21:24 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Katolik tradisonal mengajarkan tentang konsep complementarism dimana dua gender berbeda yakni laki-laki dan perempuan memiliki fungsi dan tujuan yang berbeda (Schar, 2019). Walaupun sebenarnya kedua makhluk ini sama-sama diciptakan sesuai dengan citra Allah. Konsep ini berdasarkan pada perbedaan biologis yang mengusulkan bahwa laki-laki menjadi pribadi yang aktif sedangkan perempuan hanyalah subjek pasif.

Konsep moderm complementarism dikenal setelah Paus Yohanes Paulus II menyerukan ajaran tentang femine genuine dimana disebutkan bahwa wanita diciptakan Allah dengan kemampuan unik untuk sebagai ibu spiritual. Paus menggambarkan bahwa wanita memiliki peran khusus untuk membangun hubungan interpersonal yang tidak dilakukan oleh pria dan wanita sebagai representative dari kemanusiaan. Konsep ini sendiri sebagai reaksi terhadap beberapa gerakan reformis yang menggerakan pentingnya feminisme di dunia barat.

Selama berabad-abad konsep teologi yang dirumuskan menjadi ajaran gereja dan dilakukan dalam hidup gereja, dikuasai oleh perasaan, pemikiran serta pengalaman bahwa kaum laki-laki androsentris hal ini disebabkan oleh kuatnya budaya patriarki. Bukan hanya di dalam gereja, dalam budaya pun terdapat pembedaan dalam segala aspek kehidupan pada perempuan. Masih banyak perlakuan yang tidak adil pada perempuan, seperti diskriminasi, marginalisasi dan subordinasi oleh laki-laki. 

Feminisme merupakan salah satu gerakan yang menelusuri persoalan-persoalan gender. Seringkali persoalan gender ini mengacu pada ketidakadilan. Kesenjangan sosial dan politik di antara laki laki dan perempuan. Sistem ekonomi dan politik yang kemudian dipandang diskrimantif terhadap posisi perempuan. Dalam persoalan hegemoni kaum patriarki, feminisme dianggap dapat membawa perubahan pada tatanan sosial, politik, ekonomi dan keagamaan.   

Artikel ini ditulis oleh mahasiswa Manajemen Universitas Airlangga

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun