Mohon tunggu...
Djono W. Oesman
Djono W. Oesman Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pemerhati masalah sosial

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Meme Iriana Jokowi dalam Teori Inferiority Complex

21 November 2022   11:38 Diperbarui: 21 November 2022   11:51 619
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Reza Alfian Maulana. Harian DISWAY

Mundur ke Neuropsikologi, adalah bidang psikologi klinis dan eksperimental, mempelajari hubungan antara struktur dan fungsi otak dengan proses dan perilaku psikologis.

Neuropsikologi digunakan untuk riset pada manusia dan hewan primata atau bangsa monyet. Yakni, hasil pantauan aktivitas listrik dari sel-sel otak individual manusia dan primata. Misal, monyet otomatis jago berayun gelantungan, tanpa diajari (David G. Andrewes: "Neuropsychology, From Theory to Practice, New York Psychology Press, 2001).

2)  A Secondary Inferiority. Perasaan inferioritas sekunder, berhubungan dengan pengalaman orang dewasa yang tidak mampu mencapai tujuan akhir fiktif bawah sadar. Misal, kepingin jadi orang begini, ternyata jadi begitu.

Tujuan akhir fiktif bawah sadar, adalah representasi keamanan psikologi subyektif yang ada di setiap individu. Ketika itu tidak tercapai, individu merasa kalah, lemah, bahkan hina. Perasaan inilah Inferiority Complex.

Perasaan ini ada pada bangsa kita, kata banyak pakar, akibat penjajahan Belanda 350 tahun. Walaupun awalnya Belanda datang ke Nusantara untuk berdagang. Benarkah?

Dikutip dari web resmi Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang, Kamis, 14 April 2016, bertajuk: "Kolonial Wariskan Sikap Minder dan Rendah Diri", dipaparkan di seminar, bertajuk:

"Seminar Nasional Empowering Self" digelar Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Teknik, Universitas Islam Sultan Agung, Sabtu, 2 April 2016 di Kampus Unissula Semarang. Dihadiri sekitar 400 peserta.

Di situ, Guru Besar Psikologi Klinik, Universitas Gadjah Mada, Prof Kwartarini Yuniarti PhD Psi sebagai pembicara mengatakan, 350 tahun kita dijajah Belanda mengubah mental kita jadi rendah diri. Minder. Dari generasi ke generasi.

"Penjajah juga menerapkan politik devide et impera, atau politik pecah belah serta kolonialisasi atau semangat penindasan. Ini masih berakar di masyarakat kita sekarang. Perbedaan jadi sumber pertengkaran."

Dilanjut: "Maka, kita harus bangkit dari keterpurukan ini."

Meski tidak berkaitan, isi seminar itu kebetulan berkorelasi dengan isi permintaan maaf pemilik akun @KoprofilJati yang dianggap publik, menghina Ibu Negara, Iriana Joko Widodo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun