Perahu kayu itu melaju pelan membelah sungai Sembakung. Aku dan kedua rekan guru duduk dengan penuh semangat, sementara Iken dan Tina sudah bersiap menunggu di pusat kecamatan meski tahu lomba karaoke yang akan mereka ikuti di Nunukan esok hari belum tentu berakhir dengan piala. Perjalanan panjang tak mereka keluhkan. Bagi anak pedalaman, bisa tampil di panggung kabupaten saja sudah jadi kemenangan.
Rasa itu kembali hadir saat saya menonton The Winning Try, serial Korea di Netflix yang mengisahkan perjuangan tim rugbi SMA Hanyang. Seperti kedua murid kami, Iken dan Tina, para tokoh di serial ini berangkat dari keterbatasan, namun berani bermimpi dan memberi "usaha terakhir" (try) untuk meraih kebanggaan.
Nunukan ke Hanyang: Perjalanan yang Sama-Sama Berat
Tahun 2020, ketika saya bertugas di sebuah SD di pedalaman Nunukan, saya dan dua rekan guru bertekad membawa Iken dan Tina ikut lomba karaoke tingkat kabupaten.
Tidak mudah. Dari desa ke pusat kecamatan, kami menempuh perjalanan dengan perahu selama hampir dua jam. Setelah itu, perjalanan dilanjutkan dengan motor selama lima jam. Turunan dan tanjakan, jalanan yang tak semuanya mulus, hingga hutan sunyi harus kami lalui. Di beberapa titik, kami terpaksa berhenti untuk sekadar beristirahat. Namun semua itu terbayar ketika kami akhirnya sampai di pelabuhan untuk menyeberang dengan perahu motor ke kabupaten sekitar satu jam.
Itulah sebabnya ketika menonton kisah Ju Ga-ram dan anak-anak SMA Hanyang di The Winning Try, saya merasa terhubung. Mereka sama-sama menghadapi keterbatasan. Para pemain rugbi SMA Hanyang hanyalah remaja biasa, bukan atlet unggulan. Bahkan, Ga-ram yang menjadi pelatih juga menanggung masa lalu kelam sebagai atlet dengan skandal doping.
Di sebuah adegan penuh ketegangan pada Episode 1, murid-murid menatapnya dengan curiga. Lalu Ga-ram tersenyum kecut sebelum akhirnya berkata mantap, menantang mentalitas tim yang sudah terbiasa kalah:
"Kalian patah semangat? Padahal belum mencoba?"
Adegan ini sederhana tapi bermakna. Ga-ram tidak memaksa, ia mengajak. Persis seperti ketika saya dan dua guru lain dulu berkata pada Iken dan Tina: "Ayo kita berangkat, meski perjalanan berat, kita coba saja." Sama-sama ajakan untuk melangkah, meski hasil akhirnya belum tentu juara.
Belajar Kalah Tanpa Menyerah
Semakin dalam menonton The Winning Try, saya menyadari ini bukan sekadar cerita olahraga. Ada pergulatan batin, tawa, air mata, dan persahabatan.