Mohon tunggu...
Dedi Dwitagama
Dedi Dwitagama Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Pendidik yang bermimpi makin banyak anak negeri yang percaya diri dan berani berkompetisi. Mengajar Matematika di SMKN 50 Jakarta - Blogger sejak 2005: http://dedidwitagama.wordpress.com, http://fotodedi.wordpress.com dan http://trainerkita.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mudik Saat PSBB Jadi Tantangan Seru

27 April 2020   12:49 Diperbarui: 27 April 2020   12:54 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kartunis: AAN SUPRIJANTO

Lebih sebulan kita dihimbau untuk di rumah saja, di naikkan levelnya menjadi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) bagaimanakan suasana tempat tinggal anda? 

Di sekitar rumah saya banyak jalan masuk atau gang masuk yang ditutup portal. Suasana jalan sekitar rumah saya sepertinya tak ada perubahan, sore hari menjelang buka puasa jalan raya macet oleh pedagang takjil dan masyarakat yang keluar rumah hendak membeli makanan berbuka puasa, lebih macet dari hari biasanya seolah tak ada PSBB.

Penerapan PSBB wilayah Jabodetabek yang diikuti pelarangan perpindahan orang dari Jabodetabek ke luar kota juga tak dipatuhi oleh penduduk negeri ini, ribuan mobil dan sepeda motor diminta putar balik kembali ke Jabodetabek. Kita bisa bayangkan betapa kerasnya kerja polisi, dinas perhubungan, satpol PP menjaga perbatasan daerah selama 24 jam. 

Para perantau dari daerah yang mencari penghidupan di Jakarta selama belasan tahun sudah terbiasa dengan kehidupan yang keras, bekerja apa saja, tinggal di tempat seadanya, makan di warteg atau warung yang murah meriah, menabung hasil kerja untuk membangun rumah di desanya. 

Bahan pada setiap menjelang bulan puasa mereka secara berkelompok atau sendiri-sendiri berangkat ke Jakarta, siangnya bekerja  apa saja, ada yang berdiri di perempatan atau putaran jalan, mengatur arus lalu lintas sambil menengadahkan tangan meminta imbalan, memarkir mobil dan motor di pinggir jalan, pertokoan, perkantoran, dan berbagai pekerjaan yang bisa menghasilkan uang yang banyak, sementara mereka sangat sulit mencari uang di desanya.

Malam hari mereka mencari tempat yang terang, terlihat dari kejauhan oleh pengendara lalu lintas, banyak warga Jakarta yang seperti mencari sasaran sedekah, memberi makanan atau uang untuk orang-orang yang duduk di pinggir jalan, emperan toko, dsb. Menjelang hari raya banyak warga Jakarta yang mencari orang-orang yang tampak kekurangan di pinggir jalan untuk menyalurkan zakat, infak dan sedekahnya.

Setelah lebaran tuntas, uang terkumpul cukup banyak dan sudah tersusun berbagai rencana yang akan dilakukan di desa, ada yang akan membeli tanah, membangun rumah, memperbaiki rumah, membeli perlengkapan rumah tangga, dsb. Andai PSBB masih diberlakukan, mudik jadi suatu tantangan buat mereka. 

Kreatifitas muncul dalam keadaan terpaksa macam ini, pakaian dari desa ditinggal di Jakarta karena yang dibawa adalah pakaian jelek yang bisa membuat orang iba dan memberi sedekah, ada yang ikut truk pengangkut sembako berperan sebagai kernet membayar kepada supir truk untuk bisa ikut sampai ke daerahnya. 

Ada yang ikut supir yang mengirim mobil baru dari Jakarta ke daerah, ada yang naik sepeda motor atau mobil ganti beberapa kali dangan memilih waktu yang diduga para penjaga perbatasan sedang beristirahat.

Sekelompok orang yang berangkat bersama dari daerah, dari Jakarta berangkat sendiri-sendiri dengan masing-masing strategi pilihannya, dan setelah tiba di desa, mereka akan saling berbagi cerita di perjalanan mudik kepada warga di desa dan beradu strategi terbaik dengan teman-teman satu rombongan, menurut anda? 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun