KOTA BATU (18 Oktober 2025) -  Pada tanggal 11 hingga 18 Oktober 2025, Galeri Raos di Kota Batu, tepat di Jl. Panglima Sudirman No.47, Ngaglik, Kec. Batu, Kota Batu, Jawa Timur yang menghadirkan pameran seni rupa bertajuk "October Break: Jeda Sejenak dari Riuh" yang digelar oleh Pondok Seni kota Batu dalam rangka menyambut HUT ke-24 Kota Batu. Bapak Yunus (Tupay) salah seorang perupa yang berpartisipasi dalam pameran ini mengatakan pameran ini melibatkan sebanyak 51 seniman dari kota Batu dan menghasilkan 51 karya seni yang mengekspresikan berbagai tema jeda dalam kehidupan modern melalui beragam medium, mulai cat minyak, akrilik, hingga instalasi mixed media dengan harapan mengajak warga dan wisatawan merenung, berinteraksi, dan menemukan ritme baru di antara hiruk-pikuk urban. Dalam pameran ini juga dimeriahkan dengan berbagai kegiatan menarik diantaranya adalah workshop menggambar untuk anak-anak, bincang seni serta workshop stell life drawing untuk umum.
  Pameran bertema "October Break" sendiri merupakan ajakan untuk merenungkan makna dari semua kegaduhan yang terjadi, dimana lukisan ini menjadi cermin yang memantulkan suatu keadilan dan kedamaian. Di gelarnya pameran ini diharapkan akan semakin meningkatkan silahturami antar perupa sekaligus memberikan edukasi kepada masyarakat luar terkait perkembangan dan kemajuan dunia seni rupa serta pameran ini hadir sebagai sebuah jeda ruang hening untuk sejenak menarik nafas dari kepenatan sehari-hari. Di ruang utama Galeri Raos, deretan kanvas besar memikat mata dengan paduan warna lembut yang berkontras tajam, menghadirkan sensasi tenang sekaligus menggugah. Salah satu karya menampilkan 3D patung dengan judul lukisan Agus Patung yang berada ditengah ruang Galeri Raos menjadi ikon dari pameran "October Break" ini. Di sisi lain, lukisan karya Muhammad Raihansyah Putra bertema Tahta Keserakahan, wujud seorang pria dengan setengah fisik kepala banteng menarik pandangan dengan detail gambaran yang berasa sangat realistis dan makna yang disampaikan membuat para menonton ikut merasakan keindahan pada setiap goresan. Seluruh karya sengaja ditempatkan dalam jarak yang memungkinkan pengunjung untuk bergerak pelan, merasakan jarak antar karya sebagai jeda visual.
   "October Break memberi ruang bagi kami untuk mengeksplorasi makna waktu diam khususnya untuk seniman muda agar terdorong untuk semangat berkarya," kata Yunus (Tupay), salah satu perupa yang menampilkan karya cat akrilik bertema Kuda Besi. Ia menambahkan bahwa kepedulian dan dukungan institusi lokal membuka peluang regenerasi bagi seniman muda. Sementara itu, pengunjung bernama Dewi Masyta menyatakan, "Saya sangat terkesan pada setiap karya seni yang ada disisni karena setiap karya memiliki makna tersendiri serta menggambarkan fakta kehidupan sehari-hari, salah satu karya yang menarik bagi saya adalah karya lukisan 3D dari Noer Cholis bertema Bekerja di Negeri Dongeng yang sangat memanjakan mata, mungkin untuk kedepannya semakin banyak seniman memamerkan karyanya untuk menumbuhkan rasa semangat para seniman lainnya maupun orang awam agar bisa menikmati karyanya." Ia juga menambahkan bahwa sang kakak juga berpartisipasi dalam pameran ini dengan tema lukisan "Who Chases the Tiger" karya Muhammad Khozin.
  "October Break" berhasil meruntuhkan jarak kritis antara karya seni dan pengunjung. Pameran ini tak sekadar memajang objek, melainkan mengundang renungan, bagaimana kita memaknai pangan sederhana sebagai cermin kondisi sosial dan budaya. Pameran "October Break" berhasil memadukan seni yang mengolah keheningan batin untuk menyuarakan kepedulian sosial, mengubah Galeri Raos menjadi ruang terapi visual. Dengan keberanian menyorot kesunyian sebagai bentuk protes halus terhadap lajunya dunia digital, acara ini membuktikan bahwa jeda bukan sekadar jeda adalah ajakan untuk menata ulang cara kita mengalami waktu dan lingkungan sekitar.
   Pameran ini dibuka setiap hari mulai pukul 10.00 hingga 21.00 WIB dengan tiket masuk dikenakan biaya 5.000 per orang. Selain menyuguhkan karya lukis, pameran yang berlangsung hingga 18 Oktober ini diharapkan bisa dinikmati tidak hanya oleh pencinta seni, mahasiswa maupun pelajar, tetapi juga bisa dinikmati oleh warga masyarakat kota Batu dan sekitarnya sehingga dunia seni rupa akan semakin berkembang di kota batu. Semoga pameran ini memberikan kekuatan untuk kembali menghadapi riuh rendah kehidupan dengan semangat dan perspektif yang lebih segar. (Dwi Rahmawati, Universitas Negeri Malang, Pendidikan Seni Peretunjukan)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI