Mohon tunggu...
Masyarakat biasa
Masyarakat biasa Mohon Tunggu... -

Pemerhati birokrat dan birokrasi\r\nbirokratwatch@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Geliat SARA

23 Desember 2016   16:49 Diperbarui: 23 Desember 2016   17:05 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sebagai umat muslim di Indonesia, saya pribadi sangat jengah dengan situasi komunikasi masyarakat pada saat ini, islam yang diajarkan keluarga kepada saya adalah islam yang damai meneduhkan, islam yang rahmatan lil alamin, yang akan terpaksa melakukan perlawanan apabila terjadi penindasan maupun penghinaan terhadap agama dan ajaran Rasulullah tercinta, mungkin pola pendidikan saya berbeda dengan saudara saya sesama muslim lainnya, namun hakikatnya sampai saat ini saya tidak meyakini ajaran islam sebagai ajaran yang mengajarkan kekerasan, intoleran, hasut, bahkan arogan.

Kebenaran yang absolut hanya ada ditangan Tuhan, manusia hanya diberi petunjuk dan arahan baik melalui kalamNya maupun utusan utusannya, mungkin bisa jadi keyakinan saya selama ini pun salah di mata Tuhan, tidak ada yang tahu karena terbatasnya kapasitas manusia sebagai mahluk. Namun satu hal yang saya syukuri adalah saya bisa terlahir di Indonesia, negeri dengan komunitas umat muslim terbesar di dunia, sejarah mencatat tidak pernah ada pertikaian antar umat muslim yang mengarah kepada kekerasan bahkan saling "membunuh", walaupun terdapat perbedaan namun ukhuwah islamiyah tetap terjaga dengan baik. negeri dengan beragam perbedaan namun tetap saling menghormati.

Sumpah pemuda adalah salah satu tonggak munculnya rasa nasionalisme untuk merebut kemerdekaan dari penjajah, tanpa memandang asal usul suku maupu agamanya..coba bayangkan apabila dahulu rakyat indonesia tidak bersatu, apakah kemerdekaan dapat kita raih? perlu d ingat rakyat indonesia di era perjuangan lebih majemuk dibanding saat ini, contoh umat hindu,budha, kepercayaan, bahkan agama agama tidak resmi lebih banyak pada saat itu. semua berjibaku bersatu mempertahankan kemerdekaan.

Lalu mengapa belakangan ini isu SARA (Suku, ras agama dan antar golongan) semakin menguat sehingga dengan mudahnya sesorang mengucapkan kata kafir? berdasarkan analisa saya terdapat beberapa faktor penyebab terjadinya fenomena tersebut diantaranya :

1. Faktor politik

Terpilihnya jokowi sebagai presiden dinilai kurang memuaskan beberapa pihak khususnya dari golongan muslim yang memperjuangkan syariat islam sebagai dasar negara, terlepas bahwa jokowi pun seorang muslim, mereka menganggap kaum nasionalis muslim yang berkuasa akan mempersulit tujuan mereka mendirikan negara islam. sehingga di pilihlah dalil dalil untuk menjatuhkan golongan nasionalis apalagi saat ini pemerintahan jokowi telah berkoalisi dengan partai partai islam (PPP,PKB,PAN) sehingga sulit bagi mereka untuk berhadapan secara politik normatif, untuk itu mereka memilih menggunakan gerakan bawah tanah baik itu melalui media sosial, ormas maupun lembaga pendidikan dengan isu isu SARA.

2. Faktor kesenjangan sosial

Jangan dipungkiri pula bahwa jokowi masih belum bisa menunjukan tingkat keadilan yang cukup memuaskan, khususnya dalam kesenjangan ekonomi antara umat muslim yang jumlahnya sangat mayoritas dan non muslim yang menguasai sendi sendi perekonomian, ini merupakan PR besar presiden jokowi mencari formula yang tepat agar keadilan bisa tercapai, bukan berarti harus berbuat tidak adil kepada saudara kita yang non muslim, melainkan dicarikan formula yang tepat agar kaum muslim menjadi tuan rumah secara ekonomi dan tingkat kesenjangan tidak terlalu lebar seperti saat ini.

3. Faktor budaya

Terjadi pergeseran budaya di masyarakat, dimana budaya instan saat ini sudah merajalela, kebebasan informasi yang tidak terbatas tanpa dibarengi dengan kemampuan menganalisa menjadikan masyarakat kita mudah terprovokasi, mudah curiga bahkan memilki insting saling menyerang, sehingga isu SARA menjadi komoditas yang empuk bagi beberapa oknum yang berniat mengambil keuntungan dengan cara mengadu domba rakyat, sudah saatnya pemerintah bertindak secara tegas terhadap beberapa pihak yang menyebarkan fitnah dan hasutan yang mengarah kepada perpecahan bangsa, siapapun itu, ormas apapun itu sudah menjadi kewajiban pemerintah untuk melindungi warganya dari perpecahan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun