Sore itu MC membuka acara dengan sangat hangat. Kata-katanya yang tertata apik dan penuh energi itu harus dispasi dulu gara-gara beberapa deret kursi depan masih kosong.
Deretan tempat duduk depan hampir selalu kosong dalam setiap acara. Itulah yang saya alami pada beberapa acara. Sebenarnya tak ada yang salah dengan duduk dibelakang, namun ketika ada peserta yang datang terlambat saat acara sedang berjalan maka otomatis yang datang terlambat, mau tak mau harus maju kedepan mengisi kursi kosong. Biasanya, pembicara dan peserta dalam sekian detik perhatiannya teralihkan dan begitu juga fokus sedikit bergeser. Bonusnya pembicara bertanya pada audiens, sudah sampai mana tadi?
Pernahkah anda mendapati kejadian seperti itu saat mengikuti acara atau bahkan saat anda menjadi pembicara.
Dulu saat kaum barat mengemban misi Glory, Gold dan gospel ke negeri timur ada banyak hal budaya yang secara tidak langsung tersebar di masyarakat. Salah satunya tentang budaya duduk dibelakang. Anda tau penjajahan yang terjadi ratusan tahun oleh belanda pun akhirnya membuat budaya tersebut agak tertanam kuat pada cara berfikir pribumi. Dahulu setiap acara digelar, masyarakat pribumi ketika akan duduk dibarisan depan pasti belanda menghardiknya, karena baris depan itu hanya untuk belanda dan keluargannya. Belanda tau banyak manfaat duduk didepan hingga mereka selalu menempatkan pribumi dibelakang pada setiap acara dan seiring waktu berjalan tak ada lagi pribumi yang mau susah-susah ribut dengan belanda, Dan akhirnya Hingga belanda hengkang kebiasaan itu masih ada sampai sekarang.
Sekarang masih mau duduk di belakang?
Â
   Wates, 29 Agustus 2015Â
Saat inget temen yang selalu duduk didepan