Masa pandemi COVID-19 memberikan dampak besar di berbagai sektor kegiatan masyarakat. Terlebih untuk dunia pendidikan. Semua aktivitas "dipaksa" untuk memanfaatkan internet sebagai jalan pintas untuk tetap dapat mengakses pendidikan bagi para penempuh pendidikan.Â
Akibat adanya COVID-19 yang melanda berbagai penjuru dunia, tidak terkecuali Indonesia, transformasi digital menjadi lebih cepat dari yang diperkirakan. Semua kalangan masyarakat dipaksa untuk mampu mengakses teknologi dan komunikasi dalam ruang digital.Â
Pembelajaran tidak dapat dilakukan secara tatap muka (luring) dan beralih dilakukan secara online/daring. Baik siswa, mahasiswa, maupun pengajar tetap bisa melanjutkan proses pembelajaran melalui platform online yang memanfaatkan koneksi internet sebagai media komunikasi utama pembelajaran.Â
Pada tahun 2020, awal kehadiran wabah COVID-19 di Indonesia, seluruh aktivitas tiba-tiba terhenti, selama dua minggu, kita diberikan waktu istirahat dari kesibukan sehari-hari. Namun kasus wabah COVID-19 yang terus melonjak naik membuat masing-masing dari kita harus menemukan jalan keluar alternatif agar tetap bisa beraktivitas. Maka, lahirlah ide pembelajaran secara daring.
Dikutip dari website Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Mojokerto menyebutkan bahwa tercatat jumlah total pengguna internet di tanah air telah mencapai 196,7 juta orang dan meningkat hingga 200 juta pengguna pada tahun 2022.Â
Kondisi ini menjadi bukti bahwa transformasi digital selama masa pandemi berjalan semakin pesat. Masyarakat memanfaatkan jasa internet dan teknologi digital untuk menunjang kegiatan dalam berbagai platform digital, begitupun yang dilakukan untuk sektor pendidikan.
Saya, saat itu adalah mahasiswa semester akhir di fakutas pertanian. Pihak fakultas benar-benar menghentikan seluruh aktivitas di kampus, sementara saya sedang berkejaran dengan masa studi yang hampir habis.Â
Komunikasi dengan dosen pembimbing mulai terhambat, sebab tidak semua orang akan selalu memperhatikan ponselnya setiap saat, terlebih dosen pembimbing saya sudah berumur. Untungnya, dosen saya masih mengijinkan untuk bertemu tatap muka secara privat/tidak berkerumun.Â
Dosen saya sangat mendukung untuk saya bisa segera menyelesaikan tugas akhir. Sayangnya, saya tetap tidak dapat memulai penelitian untuk tugas akhir saya, pihak fakultas melarang adanya aktivitas di laboratorium karena dianggap cukup beresiko dalam penyebaran virus.
Situasi COVID-19 yang tidak kunjung mereda membuat kondisi yang awalnya hanya diliburkan selama dua minggu menjadi berlarut-larut lamanya. Saya juga mulai kesulitan menemui dosen pembimbing secara tatap muka. Bagaimanapun kita juga harus saling menjaga kesehatan saat itu.Â