Mohon tunggu...
Dwi Klik Santosa
Dwi Klik Santosa Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Menulis Dongeng Nusantara dan Menulis Apa Saja demi Memanja Kecintaan kepada Hidup yang Damai dan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Asyiknya Mengikuti Kisah Pengajian dan Kelakar Gus Iqdam

21 September 2023   10:32 Diperbarui: 21 September 2023   10:45 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Akhir-akhir ini saya mengikuti tayangan dan berita di medsos tentang apa saja kabar tentang Gus Iqdam seorang ulama muda dari Blitar. 

Kegemaran saya ini barangkali menjadi kesukaan juga bagi jutaan orang kita saat kini dan menjadi gandrung kepada kiai muda NU tersebut. 

Kisah-kisah tentang Gus Iqdam dengan pengajiannya di Ponpes Sabilu Taubah begitu terbuka dan asyik direnungkan. Sangat terbuka, penuh guyon dan menjadi hiburan yang sangat menarik. Apalagi di zaman susah seperti sekarang ini, pasca pandemi Covid-19. 

Meski penuh guyon dan vulgar, tetapi pesan-pesan yang disampaikan, apalagi tentang kesabaran, ketabahan dan perjuangan itu harus terus dilakukan adalah pesan yang hidup dan realistis. Jika semua itu dilakukan secara tulus, maka akan ada "dekengan dari pusat" yang akan membantu adanya keajaiban. Yaitu sebuah keberhasilan. Apa itu dan siapa itu "dekengan dari pusat" yang dimaksud? 

Kurang lebih itu adalah idiom masa kini sebagai ciri dan khas dari pengucapan secara dakwah kiai muda yang nyentrik itu untuk menyebutkan keberadaan Allah SWT. Tiada lain dari pusatnya pusat untuk meminta pertolongan dan welas asih, kecuali hanya kepada Allah SWT semata. Jika kita semua pandai berserah diri tapi punya elan perjuangan yang hebat, niscaya kasih sayang dari Allah SWT itu nyata. 

Sugesti akan keberhasilan itu barangkali menjadi daya tarik selain kelucuan dan kesahajaan Gus Iqdam sebagai ulama. Kerendahan hati dan keluguan juga terpancar sebagai aura positif menjadikan sosok Gus Iqdam mudah menjatuhkan cinta dan kemudian banyak yang rela menjadi penggemarnya. 

Kerendahan hati itu sangat menyentuh batin. Sehingga, meski lucu dan penuh guyon, ketika menyimak tayangan dan mencerna makna dakwah yang disampaikannya, seringkali luh atau airmata saya meleleh begitu saja. 

Gus Iqdam berdakwah dengan aura dan nuansa damai. Tidak suka mengkafirkan dan juga memfir'aunkan orang lain. Tidak juga membosok-bosokkan orang lain, meski sebetulnya perbuatan maling, dan sejenisnya itu jahat dan laknat belaka. 

Banyak yang mengikuti pengajian Gus Iqdam justru mengaku mantan bajingan, garangan, pemabuk dan lainnya. Tapi ketika sudah satu lingkaran dalam pengajian rutin Sabilu Taubah di Ponpesnya di kota Blitar, semuanya menjadi alim, siap meneladani kesalehan Gus Iqdam, kiai muda yang ingin mereka klaim sebagai guru mereka. 

Bahkan para jamaah yang datang pada pengajian yang diadakan setiap malam Selasa dan malam Jum'at itu rela dan penuh semangat datang dari luar kota bahkan luar provinsi. 

Ada istri jendral, artis, selebritis, grup punk rock, penyanyi dangdut, anggota TNI/Polri dan banyak lagi merasa bahagia jika bisa datang langsung dan bertemu mengaji langsung dengan kiai berusia 30 tahun itu. Bahkan tak sedikit umat dari agama lain, Hindu, Budha, nasrani juga datang dengan senang hati dalam pengajian itu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun