Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kain Batik, Busana dan Sentilan Anies

18 Desember 2022   13:05 Diperbarui: 18 Desember 2022   13:28 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Di Sebuah pelatihan Batik Colet (dokumen pribadi)

Di tahun-tahun menjelang Pemilu selalu heboh pernyataan yang dicuplik dari politisi terutama Calon Presiden yang elektabilitasnya tengah ngetop. Anies Rasyid Baswedan calon Presiden dari partai Nasdem. kena sentil netizen dan masyarakat pembaca dan pemirsa berita online dan media sosial.

Pernyataan yang memicu polemik itu bermula dari kuliah umumnya di Universitas Makasar.Anies mengatakan bahwa zaman dahulu batik itu hanya dipakai sebagai bawahan bukan untuk kemeja atau baju atasan.Jadi menurut mantan Gubernur DKI Jakarta itu adalah kesalahan jika batik digunakan untuk atasan. Sontak banyak yang menyindir dan mengkritik pedas pernyataan mantan rektor Paramadina tersebut.

Sebetulnya ada kalimat lanjutan yang tidak lagi dibaca oleh sebagian netizen yang sejak awal memang tidak suka dengan sepak terjangnya Anies di dunia politik. Anies menegaskan kesalahan -kesalahan itu akhirnya menjadi benar karena banyak dilakukan orang.Hingga akhirnya batik kemudian digunakan sebagai busana untuk kemeja, blangkon,tas, dan ragam media lain yang bisa disentuh dengan nuansa batik.

Sebetulnya Anies hanya memberikan pernyataan berdasarkan sejarah, namun sekarang setiap pernyataan yang nyeleneh dari politisi akan gampang sekali dirujak, dijadikan polemik yang berakhir dengan nyinyir, kata kata bernada penghinaan, mencatut kata sepotong-sepotong, hingga muncul perang kata-kata di media sosial.

Batik menurut sejarahnya muncul sejak zaman Majapahit, namun berkembang pesat di zaman Mataram. Asal kata batik yaitu Amba dan Nitik. Amba berarti menulis sedangkan nitik itu membuat titik. Menulis dan menggambar batik itu bermula dari tradisi keraton.Para abdi dalem membuat kain batik untuk dipakai dalam adat dan upacara khusus di Keraton.

zaman dahulu tidak semua orang bisa memakai batik hanya para bangsawan dan orang orang kalangan tajir saja yang bisa mengenakan kain batik. 

Di kerajaan Mataram sendiri batik menjadi tradisi. Mereka perajin harus puasa agar hasil batik sesuai dengan yang diharapkan kaum ningrat.

Ada beberapa motif batik seperti Parang, Kawung (diciptakan Sultan Agung Hanyokrokusumo), Motif Sidomukti (diciptakan oleh Paku Buwono IV dengan nama Sidomulyo), Truntum (Pakubuwono III.

Di zaman Mataram kemudian saat Mataram pecah dan kemudian muncul Keraton Kasunanan Pakubuwono, Kesultanan Yogyakarta (Hamengkubuwono). Pakualam, Mangkunegaran, tradisional batik berkembang sebagai busana kaum ningrat.Pada saat tedaksiten, busana pisowanan agung, Kirab Raja, tradisi pesta kaum ningrat, pelantikan Sultan, dan Raja baru, mereka menggunakan batik dengan simbol motifyang tidak sembarang bisa dipakai umum. 

Motif. parang misalnya hanya bisa dipakai oleh Raja.Terutama yang motifnya besar besar.

Seiring perkembangan zaman batikpun mulai dipakai oleh orang biasa bukan lagi kaum ningrat.Dulu kebanyakan masyarakat memakai motif lurik untuk masyarakat bukan berdarah biru. Atau orang orang dalam keraton istilahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun